Prihatin… Soal Riset, Indonesia Kalah Dibanding Malaysia

SDM peneliti dan pengembang riset harus ditingkatkan (anja)
SDM peneliti dan pengembang riset harus ditingkatkan (anja)

MALANGVOICE – Potret penelitian di Indonesia dinilai masih memprihatinkan. Hal itu dinyatakan Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemenristek Dikti, Prof Dr Ocky Karna Radjasa MSc.

Menurutnya, setidaknya 12 pilar indikator negara itu dikatakan kompetitif atau tidak. Beberapa diantaranya adalah ketersediaan teknologi terkini, kemudian kemampuan teknologi transfer.

“Belum lagi soal ketersediaan SDM peneliti dan insinyur. Meskipun pemerintah melakukan program percepatan insinyur, tetap saja profesi sebagai seorang peneliti masih dianggap kurang menjanjikan,” katanya di acara Seminar Gelar Produk di Dome Universitas Muhammadiyah Malang beberapa menit lalu.

Bahkan ranking Indonesia turun menjadi ranking 37 dari tahun sebelumnya 34. Artinya kapasitas inovasi Indonesia masih minus.

Bahkan Indonesia tertinggal jauh dengan Malaysia. Di Malaysia, setidaknya ada 7000 peneliti per satu juta penduduk. Sedang di Indonesia hanya 1000 peneliti saja per satu juta penduduk.

“Mirisnya lagi yang bikin saya sedih, kebanyakan peneliti di Indonesia berhijrah ke Malaysia. Bahkan 10 peneliti terbaik di Malaysia, delapan diantaranya asalnya dari Indonesia,” katanya sedih.

Itulah kenapa, mulai tahun ini Kemenristek Dikti mulai menjalankan program TRL (Technology Readiness Level) sebagai langkah perubahan paradigma penelitian dan komersialisasi. Hal itu tercantum dalam Peraturan Menteri No 42 Tahun 2016.

“Setiap penelitian akan ternilai dan masuk dalam indikator. Penelitian yang nilainya bagus akan kami dorong untuk komersialisasi dan hilirisasi untuk pengembangan lebih lanjut. Tapi bukan berarti penelitian dasar kami abaikan. Malah Kemenristek sangat mendukung penelitian dasar. Negara seperti Jepang pun bisa maju karena ada peran penelitian dasar,” tutupnya.