Pjs Wali Kota Malang Teken Komitmen Bersama Pemberantasan Korupsi

Pjs Wali Kota Malang, Wahid Wayudi, menghadiri rapat koordinasi dan penandatanganan komitmen bersama program pemberantasan korupsi terintegrasi di Pemerintah Provinsi Jawa Timur. (Istimewa)
Pjs Wali Kota Malang, Wahid Wayudi, menghadiri rapat koordinasi dan penandatanganan komitmen bersama program pemberantasan korupsi terintegrasi di Pemerintah Provinsi Jawa Timur. (Istimewa)

MALANGVOICE – Pjs Wali Kota Malang, Wahid Wahyudi, turut menandatangani komitmen bersama pemberantasan korupsi, Selasa (7/3). Bersama Ketua DPRD Kota Malang, Abdul Hakim, prosesi penandatanganan berlangsung di Gedung Grahadi, Surabaya, di sela rapat koordinasi di Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Dalam kesempatan itu, Wahid Wahyudi menegaskan, beberapa hal yang menjadi stressing dalam rapat koordinasi ini telah ditindaklanjuti di Kota Malang. Disebutkan, di antaranya e-budgeting dan Unit Pengendali Gratifikasi yang kini telah ada di Kota Malang.

“Tentu kami (Pemkot Malang) terus berkomitmen untuk membangun kualitas penganggaran yang memang pro pelayanan, termasuk dari sisi transparansi dan akuntabilitasnya. Karenanya, sejak awal di Kota Malang, saya tekankan pentingnya pemanfaatan IT,” tambah Wahid Wahyudi.

Sementara itu, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, menegaskan komitmen ingin merubah budaya antri korupsi menjadi anti korupsi. “Itu perlu dikonstruksi dengan baik, sungguh-sungguh dan berintegritas,” tegas Soekarwo.

Ditambahkannya, terdapat sejumlah wilayah rawan korupsi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Di antaranya tahap penyusunan APBD, pengelolaan Pajak dan Retribusi, Pengadaan Barang dan Jasa, Perizinan, Belanja Hibah dan Bantuan Sosial serta Biaya Perjalanan Dinas.

“Khusus untuk tahap penyusunan APBD, meskipun sudah ada e-planning dan e-budgeting tapi masih saja ada (ditemukan) pemerasan dan suap, ini karena faktor (rendahnya) integritas,” sesalnya pria yang akrab disapa Pakde Karwo ini.

Sementara, La Ode M Syarif, Komisioner KPK RI selaku pembicara utama menyentil para penyelenggara negara untuk belajar dari warisan budaya. Dia memaparkan perbandingan antara bangunan kuno dan masa kini.

“Heritage yang sering kita lihat atau kita datangi sesungguhnya jadi pelajaran berharga. Pelajaran berharga, bahwa bangunan bangunan lama tua bersejarah usianya bertahun tahun, sementara faktor kekinian banyak kualitas gedung saat ini mudah roboh. Ini realita, bahwa ada kesalahan dalam perencanaan, pengerjaan dan atau pengawasannya,” pungkasnya.(Coi/Aka)