Perlu Kajian Aktif untuk Lestarikan Nilai Luhur Bangsa

Raja Demak, DY MM Sri Sultan Surya Alam Joyo Kusuma (kiri). (Muhammad Choirul)

MALANGVOICE – Upaya melestarikan nilai luhur tidak hanya cukup dilakukan secara pasif, dengan menerbitkan ulang naskah-naskah klasik atau dublikasi benda-benda budaya dan semacamnya. Koordinator Peneliti Budaya Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) Yogyakarta, Ahmad Salehudin menilai perlu langkah aktif yang lebih relevan.

Hal itu diungkapkan dalam Work Shop Nasional dan Pameran Naskah Klasik, di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya (UB), Rabu (16/9) siang ini.

Menurutnya, langkah aktif yang perlu dilakukan misalnya melakukan kajian untuk mengembangkan dan memperbaharui naskah klasik itu. “Agar bisa sesuai dengan perubahan zaman. Ini juga perlu sosialisasi dan pewarisan yang kreatif, agar generasi bangsa tertarik mempelajarinya,” tambahnya.

Ia memaparkan, banyak warisan leluhur yang mampu dipetik generasi saat ini untuk membangun peradaban. Serat Tripama dan Wahyu Mahkuta Rama misalnya, merupakan salah satu tapak kebudayaan Indonesia.

“Keduanya tidak saja fase pencapaian peradaban, tapi merupakan pengejawantahan etos bangsa yang meliputi nada, ciri, kualitas, moral, dan gaya estetis serta suasana hati,” urainya.

Ia menilai, Serat Tripama dan Wahyu Mahkuta Rama memberikan pelajaran bagaimana menyikapi globalisasi secara cerdas, arif, dan bijaksana. “Globalisasi bukan untuk ditolak, tapi dicerna dan nilai-nilai yang sesuai kebudayaan kita bisa diserap,” tandasnya.

Sementara itu, Raja Demak, DY MM Sri Sultan Surya Alam Joyo Kusuma menegaskan hal senada dengan Ahmad Salehudin. Dikatakannya, muatan-muatan nilai luhur yang terkandung pada naskah kuno mampu menjadikan Indonesia sebagai bangsa besar.

“Karena pemahaman itu, saat ini masing-masing kerajaan di Indonesia ini masih terus melestarikan. Di Demak, ada banyak naskah yang menceritakan mulai awal kehidupan manusia, sampai cerita Indonesia merdeka,” tuturnya.-