Penyerapan Job Fair Tak Lebih Dari 500 Orang

Wali Kota Malang Sutiaji meninjau stan peserta job fair 2018 di Aula Skodam V Brawijaya, Rabu (14/11). (Aziz Ramadani/MVoice)
Wali Kota Malang Sutiaji meninjau stan peserta job fair 2018 di Aula Skodam V Brawijaya, Rabu (14/11). (Aziz Ramadani/MVoice)

MALANGVOICE – Kota Malang berpredikat penyumbang pengangguran terbuka tertinggi di Jawa Timur, sebesar 31.000 orang.

Jumlah tersebut pernah juga diungkapkan Gubernur Jatim Soekarwo, belum lama ini. Bahwa Kota Malang menduduki peringkat tertinggi di Jawa Timur, angkanya sebesar 7,22 persen untuk tingkat pengangguran terbuka (TPT).

Wali Kota Malang Sutiaji pernah mengklaim bahwa TPT tidak lapas dari sumbangsih banyaknya perguruan tinggi di Kota Malang. Mahasiswa yang telah lulus memilih bertahan meskipun belum memiliki pekerjaan. Ada pula yang masih mencari-cari pekerjaan karena masih belum menemukan pekerjaan yang cocok.

Merespon itu, Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Malang konsisten menggelar job fair alias bursa lowongan kerja. Salam 2018 ini saja, telah mengadakan dua kali kegiatan. Terbaru digelar, 14-15 November di Aula Skodam V Brawijaya.

Sekali menggelar job fair, Pemkot Malang menggandeng puluhan perusahaan dengan jumlah minimal 4.000 lowongan. Sayangnya, kegiatan ini hanya mampu menyerap sekitar 500 pekerja.

“Kendalanya karena pencari kerja banyak dari luar Kota Malang. Sementara, perusahaan ingin menempatkan di luar kota bahkan luar negeri. Tapi mereka tidak mau dan inginnya kerja di sini,” kata Kasi Perluasan Kesempatan Kerja, Disnaker Kota Malang, Erry Harto ditemui MVoice.

Erry membenarkan, bahwa jumlah penggangguran Kota Malang saat ini yang tercatat Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang mencapai 31 ribu semua penduduk yang bermukim di Kota Malang tak terkecuali.

Namun yang ber KTP Malang sekitar 6.000 orang pengangguran. Sedangkan tercatat dalam dokumen pencari kerja (kartu kuning) ada 2.500 orang.

“Memang angka pengangguran terbuka terus berkurang setiap tahunnya. Tahun lalu (2017) turun sekitar 0,06 persen dari sebelumnya 7,22 persen,” sambung dia.

Melihat fenomena itu, Disnaker tidak semata mengandalkan program job fair. Guna menekan angka pengangguran, pihaknya juga melakukan pelatihan keterampilan bekerja sama dengan SMK. Tujuannya agar menjadi wirausahawan mandiri. Tanpa mengandalkan lowongan pekerjaan dari perusahaan.

“Ya, kami terus optimalkan pelatihan. Ada pelatihan percetakan, kerajinan tangan, keripik, hingga salon. Beberapa warga binaan kami juga selalu diajak saat ada kegiatan job fair untuk membuka lapangan pekerjaan baru,” pungkasnya.(Der/Aka)