Peni Suparto Bahas MTD sampai Jalur One Way

Mantan Wali Kota Malang, Peni Suparto.

MALANGVOICE – Mantan Wali Kota Malang, Peni Suparto, membeberkan beberapa perubahan dan arah kebijakan pemerintahan yang terjadi periode saat ini. Hal itu diutarakan saat menjadi pembicara pada forum Refleksi HUT ke 102 Kota Malang, di kawasan Kelurahan Penanggungan, malam ini.

Hal yang disoroti Peni, pertama, tidak adanya festival Malang Tempoe Doloe (MTD) lagi, yang sebenarnya merupakan ciri khas kota, sebagai even pelestari cagar budaya. MTD sangat ditunggu masyarakat luas, dan sedikit banyak juga berdampak secara ekonomis pada pelaku ekonomi di dalamnya.

“Banyak yang tanya kepada saya, kenapa tidak ada lagi MTD, padahal dulu pedagang asongan seperti penjual makanan, meraup penghasilan sampai jutaan di even itu, tapi sekarang tidak ada lagi,” kata Peni.

Menurutnya, MTD tak sekadar ekspo, penyelenggaraannya sudah melalui proses seminar dan diskusi panjang bersama para pakar. “Banyak yang berharap ada MTD lagi tahun depan,” tukasnya.

Selain MTD, permasalahan budaya lain juga disorot pria yang akrab disapa Ebes Inep itu. Pada kesempatan itu, warga Betek dari berbagai kalangan juga sempat berdiskusi dengan mantan pemimpinnya, dan salah satu yang dibicarakan adalah permasalahan budaya.

Menjamurnya lampion, pengecatan warna putih pada Patung Ken Dedes di Arjosari, menurut pandangan warga menunjukkan bahwa pengetahuan pemerintah saat ini terhadap budaya sangat minim.

Menanggapi itu, Peni mengaku sangat prihatin, padahal banyak hal yang bisa diekspolre untuk mendorong kembali budaya asli Malangan sebagai objek. “Lampion dan sebagainya yang dieksplore saat ini bukan budaya kita,” ungkapnya.

Tak hanya itu, permasalahan jalur satu arah di kawasan lingkar Universitas Brawijaya, juga menjadi uneg-uneg warga yang diungkapkan dalam forum itu.

Dalam hal ini Ebes Inep menegaskan, telah terjadi pembiaran oleh Pemkot Malang dalam menangani masalah one way. Terbukti, saat pemerintah menggulirkan jalur satu arah, kala itu jajaran Satpol PP bersama Dinas Perhubungan (Dishub) intensif menjaga kawasan itu.

“Tapi setelah kembali dua arah, tidak ada lagi penjagaan, saya sebut itu pembiaran. Apalagi saya juga dengar jika pembangunan di kawasan ini sudah di plang merah pemerintah,” tuturnya

Pada saat kepemimpinannya bersama Bambang Priyo Utomo, Peni mengaku terus menumbuhkan kerja sama dalam membangun Kota Malang.

“Saya selalu berbagi pekerjaan dengan wakil saya, karena saya sadar, saat itu kita sedang mengalami kerapuhan dalam gotong royong dan persatuan,” kata Peni.

Sementara itu, mantan Wakil Wali Kota Malang, Bambang Priyo Utomo, mengimbau kepada warga agar tidak pernah berhenti menyuarakan aspirasinya memperjuangkan jalur satu arah. “Saya ini sampai gak sabaran lihat kasus ini, seperti ingin saya cat saja marka jalannya agar kembali dua arah murni,” katanya.

Sejak adanya reformasi birokrasi, Bambang menyebut, saat ini era Aparatur Sipil Negara (ASN) yang lebih menekankan pada pelayanan publik. “Harusnya kalau ada masalah, pemimpin berembug dengan dinasnya, ada apa ini, kok bisa sampai seperti ini, dan di situlah tugas wali kota sebagai decision maker,” tukas Bambang.