Pendidikan Mahal karena Melupakan Substansi

MALANGVOICE – Mahalnya pendidikan di Indonesia disorot pengamat pendidikan, Darmaningtyas. Penulis buku ‘Melawan Liberalisme Pendidikan’ itu menilai substansi pendidikan sudah banyak dilupakan.

“Sekarang banyak anggaran kebutuhan belajar hanya fokus pada aksesoris, bukan pada belajarnya,” ungkapnya dalam diskusi publik di Wisma Kali Metro, Jalan Joyosuko Metro, Selasa (8/9) malam ini.

Ia menyebut, kegiatan-kegiatan tidak penting seperti liburan akhir tahun dan semacamnya menjadi semacam kewajiban yang buang-buang anggaran. Selain itu, di ranah pendidikan tinggi, kehadiran pemerintah untuk mensupport pembiayaan dirasa kurang.

Begitu juga dengan penunjang pendidikan seperti buku, di Indonesia masih terhitung mahal.

“Di India, buku sangat murah. Maksimal setara dengan Rp 35 ribu. Kuliah di India jurusan kedokteran per semester hanya setara Rp 500 ribu. Mereka tiap tahun membuka bea siswa untuk Indonesia rata-rata 200 orang, tapi jarang dimanfaatkan karena faktor ketidaktahuan,” ujarnya membandingkan.

Menurutnya, hasil pendidikan di India terbukti dengan jumlah 30 persen dokter di Amerika Serikat yang berasal dari India. Selain itu, banyak warga negara India memegang jabatan penting di sejumlah perusahaan Amerika Serikat.

“Artinya apa? Mereka berhasil menyelenggarakan pendidikan murah tapi kualitas tetap tinggi,” paparnya.

Darmaningtyas juga menyoroti kurangnya minat guru di Indonesia untuk membaca buku. Dikatakannya, adanya dana sertifikasi untuk guru tidak dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pendidik.

“Menurut survei, tunjangan sertifikasi tidak banyak digunakan membeli buku. Paling banyak untuk bangun rumah, beli kendaraan bermotor, dan naik haji. Hanya sedikit sekali yang beli buku, padahal untuk menambah pengetahuan harus dengan membaca buku,” pungkasnya.-