Pemkot Batu Targetkan Penurunan Kasus Stunting 20 Persen di Tahun 2022

Intervensi gizi melalui pemberian nutrisi dilakukan untuk menekan kasus stunting

MALANGVOICE – Dari 9.766 bayi balita di Kota Batu tercatat ada 1.451 bayi mengalami stunting. Angka itu belum ditambah pula dengan kasus stunting di tahun 2020 lalu.

Melihat hal itu, Pemerintah Kota Batu pun diharuskan menurunkan angka tersebut mencapai 20 persen pada tahun 2022 mendatang.

“Memang angka stunting cukup tinggi di Kota Batu. Sekitar 11 ribu sekian, namun secara keseluruhan, angka prevalensi stunting turun dari tahun ke tahun. Pada 2019, angka prevalensi sebesar 25.4 persen, pada 2020 menjadi 14.83 persen dan pada 2021 menjadi 13.8 persen,” beber Wakil Wali Kota Batu, Punjul Santoso.

Penyebab tingginya stunting adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai langkah-langkah pemenuhan gizi yang tepat. Pasalnya banyak calon pengantin yang anemia. “Menurut data dari WHO, hampir 33 persen calon pengantin anemia lalu setelah menikah makanannya kurang gizi sehingga anaknya stunting,” ujarnya.

Untuk menanggulangi hal tersebut harus ada gebrakan, salah satunya dengan meluncurkan Pos Gizi Penanganan Stunting (POZTING) yang ditempatkan di setiap desa/kelurahan. “

Pos tersebut akan melayani mereka, kita juga memiliki identitas anak stunting. Jadi bila sungkan ke RS bisa datang ke pos tersebut,” bebernya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu, Kartika Trisulandari menegaskan bila stunting bisa disembuhkan jika intervensi gizi dilakukan sejak awal “Namun bila terlambat, kecil kemungkinan anak stunting bisa disembuhkan. Jika pertumbuhan anak tidak mengalami perubahan selama tiga bulan berturut-turut, maka harus diwaspadai,” ucapnya.

Tidak itu saja, stunting itu bisa diintervensi jika dideteksi awal. Kalau sudah terlanjur, kecil kemungkinan dia bisa diintervensi meskipun masih memungkinkan dengan olahraga atau lainnya.

“Tapi sangat kecil kemungkinannya jadi harus dideteksi sejak awal. Menurut para pakar makanan memiliki peran besar mengakibatkan anak stunting. Temuan dinas kesehatan di lapangan, banyak orang tua tidak mau sibuk dengan anaknya. Jika anak suka makan mie instan, lalu orang tua lebih sering memasakan mie instan,” jelasnya.

Padahal perilaku itu berdampak buruk pada pemenuhan gizi anak. Masa anak adalah masa yang penting untuk proses pertumbuhannya. Keseimbangan gizi menjadi hal mutlak yang perlu didapatkan anak agar tumbuh kembangnya baik. “Makanan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Anak butuh asupan yang sesuai, tidak hanya dari satu jenis. Semua harus berimbang, termasuk pola asuh,” urainya.

Dalam POZTING, akan ada edukasi cara memberi makan, terutama pada anak yang sulit makan. Dinkes Batu akan membuat program selama tujuh hari untuk pemberian makanan yang sudah dihitung jumlah kalori dan hal lainnya. “Yang dibutuhkan masing-masing balita. Teknisnya seperti community feeding centre. Jadi di RW atau desa yang ada anak stunting, kita akan buat program itu. Jadi ini benar-benar per anak untuk dapat memantau perkembangannya,” paparnya.

Kartika juga mengimbau agar menghindari pernikahan dini untuk memutus angka stunting. Kehamilan di usia terlalu muda tidak bagus untuk fisik ibu dan anak. “Dinkes juga sudah menggerakan kader yang memberikan penyuluhan kepada calon pengantin di Kota Batu agar mereka paham mengenai kondisi fisik dan fungsi organ reproduksinya,” tukasnya.(der)