Pemkot Batu – Jepang Jalin Kerjasama, Petani: Jangan Hanya Simbol

Ilustrasi Kesuburan Pertanian di Kota Batu (istimewa)

MALANGVOICE – Letak geografis Kota Batu yang berpotensi dalam bidang pertanian dilirik Pemerintah Jepang. Kondisi udara dan kultur tanah di Batu dirasa sama dengan kondisi di Jepang. Sehingga membuat Japan International Cooperation Agency (JICA) menawarkan kerjasama kepada Pemerintah Kota Batu.

Menanggapi adanya kerjasama tersebut, Ketua Petani Bangkit Kota Batu, Winardi (48) menyampaikan jika hal tersebut jangan hanya sebagai simbol saja. Melainkan harus benar-benar dilakukan dan dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

”Kalau memang tujuannya baik untuk kita ya kita dukung. Tapi, kerjasama ini jangan sampai hanya sekedar menghabiskan anggaran. Tapi hasilnya tidak ada,” ucapnya.

Selain itu, pria 48 tahun itu juga menyarankan agar mematangkan betul-betul kerjasama itu. Salah satunya harus memperhatikan apa yang memang benar-benar dibutuhkan petani di Kota Batu.

Pasalnya, selama ini banyak masukan dari petani di daerahnya yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga, banyak yang merasa tidak diuntungkan.

”Hal itu karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan disini. Malah membuat kami sebagai petani rugi,” ungkap pria yang juga merupaka Ketua Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) Pandanrejo.

Oleh karena itu, adanya kerjasama tersebut pihaknya juga berharap harus ada titik temu yang jelas. Terutama dalam koordinasi antara petani dengan pihak Pemerintah Jepang.

Dia mencontohkan, pertanian organik yang selama ini digemborkan ternyata masih belum sesuai dan digunakan petani secara keseluruhan.

“Saya tau sendiri soalnya. Misalnya dari 100 orang yang diajak melakuan itu. Paling tidak cuma beberapa orang yang menerapkannya,” ungkapnya.

Dia menambahkan, jika memang nantinya ada pembinaan dari Pemerintah Jepang kepada para petani. Pihaknya berharap ada yang menjembatani dalam komunikasinya. Karena, para petani bisanya cuma bahasa jawa dan bahasa indonesia saja.

”Paling banter ya dua bahasa itu saja. Jadi, perlu ada yang menjembatani. Agar nantinya tidak ada kekeliruan apa yang disampaikan oleh mereka,” tuturnya.

Dari semua itu, yang paling penting menurutnya adalah kualitas dan kuantitas kedepan dari pertanian itu nantinya. Apalagi, apa yang mereka terapkan di Kota Batu itu belum tentu cocok di Indonesia. Khususnya di Kota Batu.

”Memang dari segi geografis bolehlah mereka mengatakan sama. Tapi ini kan beda negara. Belum pasti semuanya cocok. Perlu kajian dan pembahasan yang lebih lanjut supaya sama-sama diuntungkan,” pungkasnya. (Hmz/Ulm)