Pelaku Ekonomi Kreatif Manfaatkan Celah Transportasi Konvensional

Mengkaji Pengelolaan Transportasi di Kota Malang

Suasana dialog publik mengkaji pengelolaan transportasi di Kota Malang. (Muhammad Choirul)
Suasana dialog publik mengkaji pengelolaan transportasi di Kota Malang. (Muhammad Choirul)

MALANGVOICE – Pemerhati transportasi, Hendy Bowo Putro, menilai, ada celah pada transportasi konvensional dalam aspek layanan konsumen. Hal inilah yang akhirnya dimanfaatkan pelaku ekonomi kreatif unjuk gigi.

“Saya menyebut teman-teman transportasi online ini sebagai pelaku ekonomi kreatif, karena mereka memanfaatkan teknologi,” ungkapnya, Kamis (9/3) di Kopilogi, dalam diskusi publik ‘Mengkaji Pengelolaan Transportasi di Kota Malang’.

Celah itu, termasuk aspek keamanan, kecepatan, kenyamanan, dan kemudahan. Aspek itu kurang dimaksimalkan pelaku transportasi konvensional.

“Interkoneksi antar angkot ini susah. Harus oper-oper. Nah moda transportasi online kan tinggal jemput, memanfaatkan GPS sudah tepat di titik penjemputan. Selain itu banyak promo sehingga lebih murah,” imbuhnya.

Sementara itu, pemerhati kebijakan publik, Lutfi J Kurniawan, mempertanyakan ketegasan Pemkot, dalam hal ini Dinas Perhubungan. Selama ini, dia menilai, baik transportasi online maupun konvensional sama-sama belum memenuhi aturan.

“Taksi online tidak memenuhi syarat izin. Di sisi lain angkot juga banyak yang tidak layak. Kriteria kelayakan kan sudah diatur Dishub, ini membutuhkan ketegasan,” pungkasnya.