Musisi Lokal Lintas Genre Hentak Bunulrejo

Lejoeng Conspirasy #7, parade band di Kampung Ngojel, RW 14 Kelurahan Bunulrejo. (Muhammad Choirul)

MALANGVOICE – “Polusi, erosi, lama-lama menghabisi, nuansa hijau tanah ini. Kini ku bermimpi, di mana rumput hijau dan berseri. Kuingin tak ada lagi, yang merusak keindahan ini.”

Kutipan tersebut adalah potongan lirik lagu karya band bergenre reggae, Ras Tahu Tempe. Tembang tersebut tersaji dalam ajang Lejoeng Conspirasy #7 di Kampung Ngojel, RW 14 Kelurahan Bunulrejo, Sabtu (28/10).

Sebanyak 18 band lokal unjuk kemampuan musikal dalam agenda tahunan yang diinisiasi Karang Taruna RT 8-9-10 RW 14 Kelurahan Bunulrejo ini. Tak hanya musik reggae, sejumlah band lain menyajikan genre berbeda.

Selain mengalunkan lagu bernyanyi kritik lingkungan, beberapa band mendendangkan tembang dengan lirik-lirik kritik sosial dan pahit percintaan. Bahkan, pengalaman diuber-uber petugas Satpol PP menjadi salah satu kisah yang diceritakan melalui lagu.

Dery Bramesta Hadi selaku ketua pelaksana, berharap, ajang tersebut mampu menjadi ruang alternatif band-band lokal. Selama ini, menurutnya, mereka belum banyak mendapat kesempatan merasakan panggung-panggung besar.

“Mereka butuh panggung. Meski baru dibilang ini masih sebatas festival kampung, tetapi band-band besar pun tentu lahir dari panggung-panggung kecil. Apalagi sekarang musik Kota Malang mulai bangkit,” tambahnya.

Ketua RW 14 Kelurahan Bunulrejo, Harum Buchori, menyatakan hal senada. Dia membeberkan, sejak awal gelaran ini digeber agar para pemuda setempat mampu menyalurkan kegiatan positifnya.

“Bagi sebagian orang, musik seperti ini dianggap mengganggu. Padahal ini memang masa-masa mereka. Kita hanya perlu mengarahkan,” tandasnya.

Selain parade band, ada juga pembacaan teks Sumpah Pemuda secara serempak dan pentas tari-tari tradisional oleh anak-anak setempat. Sementara, band yang naik panggung di antaranya Slanky, Nendes Kombet, BSP, Ruang 23, Lampu Merah, Ocehan Orang To, Ras Tahu Tempe, Primitif, dan Duwek Lungset.(Coi/Aka)