Musim Hujan, Petani Jeruk Berbunga-bunga

Petani Jeruk IP2TP Memanen Jeruk. (Achmad Sulchan An Nauri)

MALANGVOICE – Tidak seperti petani buah lain, petani jeruk malah menunggu musim hujan datang. Hal tersebut lantaran perawatan yang lebih mudah tanpa perlu repot menyiram.

Seperti yang diungkapkan Ketua Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Punten, Kusnan, Rabu (11/11).

“Jeruk lebih gampang dibudidayakan pada musim hujan. Dia lebih kuat dari pada tanaman buah – buahan lain seperti buah naga dan strawberry,” ujarnya.

Hal tersebut karena bentuk daun yang lebih tebal. Sehingga tidak mudah terserang hama dan busuk saat hujan datang. Untuk awal tanam benih, Kusnan mengatakan memang tidak baik dilakukan saat musim hujan. Karena kondisi tanaman yang masih rentan dan mudah terkena penyakit.

Tetapi saat tanaman sudah siap umurnya untuk dipindahkan ke lahan perkebunan. Musim inilah yang sangat ditunggu para petani jeruk. Tidak perlu melakukan penyiraman, tinggal pengadaan perawatan rutin setiap harinya saja.

Penjualan bibit buah berwarna kuning inipun tetap lancar meski pandemi tengah berlangsung. Kebutuhan masyarakat akan jeruk yang bisa menjaga imunitas tubuh, menjadi salah satu alasannya.

Per tahun petani bibit jeruk Kota Batu bisa menjual hingga seratus ribu bibit. Yang setiap polybagnya dihargai Rp 10 ribu, dengan bibit siap tanam.
Penjualan terbesar bakal jeruk ini meliputi seluruh Jawa Timur, Kalimantan dan Sumatra.

“Sampai kini yang paling diminati adalah jenis jeruk manis. Semoga selalu ada terobosan baru demi mensejahtrakan para petani,” harapnya.

Sekarang harga jeruk dipasaran mulai naik. Sejalan dengan permintaan yang masih tinggi. Satu kilogram jeruk dihargai Rp 10 sampai 15 ribu tergantung jenisnya, yang dulunya hanya dipatok Rp 6 hingga 8 ribu setiap kilonya.(der)