Minat Masyarakat Kabupaten Malang Bertransmigrasi Meningkat

Disnakertrans Kabupaten Malang saat memberangkatkan transmigrasi asal Kecamatan Lawang. (MVoice/Toski D).

MALANGVOICE – Masyarakat Kabupaten Malang mulai meminati program transmigrasi yang digulirkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).

Sayangnya tingginya minat tersebut tidak dibarengi dengan kuota yang dimiliki Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Malang.

Pasalnya, hingga saat ini tidak kurang dari 50 Kepala Keluarga (KK) lebih yang mendaftar sebagai peserta program transmigrasi.

“Tahun ini kami hanya mendapatkan jatah satu kuota untuk diberangkatkan sebagai transmigrasi menuju Sulawesi Tengah,” ucap Kabid Transmigrasi Disnakertrans Kabupaten Malang Wahyuningsih Suharti, Sabtu (15/10).

Baca Juga: Banjir Sungai Panguluran di Kabupaten Malang Rendam Ratusan Rumah di Desa Sitiarjo

Baca Juga: Tim Gabungan Aremania dan KontraS Nyatakan Sikap dari Hasil Investigasi Tragedi Kanjuruhan

Baca Juga: Pengangguran Meningkat 6,5 Persen, Disnaker Kota Batu Baka Gelar Job Fair

Menurut Wahyu, Disnakertrans Kabupaten Malang, dihari Jumat (14/10) kemarin, telah memberangkatkan satu KK sebagai transmigran, mereka merupakan warga Kelurahan Kalirejo RT 04/ RW 04, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.

“Yang berkesempatan kali ini itu pak Bambang (41), bersama dengan enam orang anggota keluarganya akan berangkat menuju Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah,” jelasnya.

Wahyu menjelaskan, program transmigrasi ini sempat diberhentikan akibat adanya pandemi Covid-29, dan baru tahun ini Kemendes PDTT berangkatkan transmigrasi dari Pulau Jawa menuju UPT.

Baca Juga: Lewat Rute Ini untuk Mengakses Jalur Alternatif Masuk Kota Batu

Baca Juga: Gunakan APBN, Renovasi Total Stadion Kanjuruhan Seperti Manahan Solo Mulai 2023

“Saat ini berdasarkan informasi untuk Jatim hanya mendapatkan kuota 50 dan Kabupaten Malang kebagian satu kuota,” jelasnya.

Wahyu mengatakan bahwa yang berangkat adalah Bambang yang sudah menunggu dua tahun, yang memiliki pekerjaan serabutan.

“Kebanyakan yang mendaftar menjadi trans itu ingin mengubah perekonomian hidupnya karena rata-rata mereka tidak memiliki penghasilan tetap dan tidak memiliki rumah,” terangnya.

Wahyu menegaskan, para peserta transmigrasi tersebut akan mendapatkan lahan seluas 1 hektar serta alat pertanian dan juga rumah sebagai hunian. Sedangkan dari pemerintah daerah yang memberangkatkan memberikan pelatihan dan uang saku.(end)