Merawat Perjuangan Salim Kancil dalam Peringatan Hari Pohon Sedunia di Lumajang

Diskusi pelestarian kawasan pesisir bersama Koordinator Sahabat Alam Indonesia, Andik Saifudin dan Guru Besar Universitas Brawijaya Malang, Prof. Lukman Hakim dalam Peringatan Hari Pohon Sedunia di kawasan pesisir selatan Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang. (Foto: MalangVoice)

MALANGVOICE – Kelompok pecinta alam di Lumajang dan Banyuwangi, Jember dan Malang, menggelar Peringatan Hari Pohon Sedunia di kawasan pesisir selatan Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian.

Kegiatan itu sebagai bentuk mengenang dan menghormati perjuangan mendiang Salim Kancil dalam usahanya merawat dan menjaga kelestarian alam.

Kegiatan bertajuk “Terus Tandur Ojok Mundur” ini digelar selama dua hari dengan agenda berbeda dan tetap memperhatikan protokol kesehatan ditengah pandemi Covid-19. Diantaranya diskusi pelestarian kawasan pesisir bersama Koordinator Sahabat Alam Indonesia, Andik Saifudin dan Guru Besar Universitas Brawijaya Malang, Prof. Lukman Hakim pada Sabtu (21/11).

Selanjutnya, kegiatan menanam dua ribu pohon bersama Bupati Lumajang di lahan milik almarhum Salim Kancil pada Minggu, 22 November 2020. Selain mengenang jasa pahlawan lingkungan itu, kegiatan tersebut diharapkan menjadi ikhtiar bersama agar tidak ada lagi konflik-konflik agraria di Kabupaten Lumajang.

Koordinator Laskar Hijau A’ak Abdullah Al-Kudus menyampaikan kegiatan Peringatan Hari Pohon Sedunia memang sengaja digelar di Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang. Hal tersebut untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa mendiang Salim Kancil dalam usahanya merawat dan menjaga kelestarian alam.

Dia menyampaikan kegiatan konservasi ini bukan hanya diikuti oleh keluarga almarhum Salim Kancil. Melainkan juga beberapa organisasi masyarakat seperti Laskar Hijau, Gusdurian, organisasi pecinta alam serta beberapa pihak lain di Kabupaten Lumajang yang turut serta menginisiasi dan mensukseskan kegiatan tersebut.

“Alhamdulillah, kegiatan kali ini. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lumajang juga terlibat dan mendukung. Mungkin ini baru pertama kali kita berkolaborasi,” kata dia dalam sambutannya.

Karena itu, A’ak berharap kegiatan-kegiatan serupa kedepannya bisa tetap berkolaborasi dengan tujuan utama menghijaukan tempat-tempat lain di Kabupaten Lumajang. Sekaligus sebagai bentuk ikhtiar mendorong masyarakat lainnya agar juga turut serta dan aktif melestarikan lingkungan di masing-masing wilayahnya.

Dia menambahkan melalui aksi kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan ini diharapkannya bisa menjadi doa agar pandemi Covid-19 atau virus corona di Indonesia segera berakhir.

“Semoga, ketika kita terus semangat melestarikan lingkungan, virus corona segera sirna di muka bumi ini. Khususnya di Lumajang yang sudah ditetapkan sebagai zona merah di Jawa Timur,” harapnya.

Sebagaimana dalam diskusi pelestarian kawasan pesisir. Koordinator Sahabat Alam Indonesia, Andik Saifudin mengapresiasi semangat kalangan pemuda-pemudi Lumajang yang turut serta aktif dalam kegiatan konservasi tersebut. Hal itu menurutnya menjadi nilai positif dan langkah baik dalam kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan yang melibatkan peran masyarakat.

Dia menerangkan karena saat ini memang tidak banyak pemuda-pemudi Indonesia peduli dengan isu lingkungan dan sosial kemasyarakatan. Dia menyebutkan semangatnya seringkali setengah-setengah yaitu hanya aktif dalam kegiatan bersifat sport dan rekreasional. Sedangkan kegiatan pengabdian ke masyarakat banyak alasan dan enggan berpartisipasi.

“Ayo kita ke gunung, ke pantai, ayo nyelam. Yang datang gruduk (banyak). Tapi, ketika diajak pengabdian, yang datang cuma 3-4 orang. Malah kadang tidak ada. Makanya, saya bersyukur bisa ketemu dengan teman-teman yang satu frekuensi seperti ini,” kata dia dalam keterangannya.

Lebih dari itu, dia menyampaikan juga diperlukan aksi nyata dengan turun ke lapangan dan berbaur dengan masyarakat agar mengetahui cerita dan masalah dan ilmunya. Dia mengatakan hal itu agar kegiatan konservasi tidak salah dan mendapat dukungan masyarakat serta menghindari terjadinya konflik horizontal.

“Ketika sekedar menuntut saja dan mengatakan Selamatkan hutan kita, laut kita, bumi dan air kita. Tapi, tidak pernah terjun ke masyarakat. Itu akan percuma. Dia bisa dikatakan hanya aktivis level sosial media dan cafe saja,” ujarnya.

Menurut Andik, tujuan turun ke lapangan dalam kegiatan konservasi juga untuk mendapatkan pengalaman serta jaringan dengan masyarakat. Sehingga, berangkat dari itulah bisa mengetahui situasi dan kondisi sebenarnya di lapangan untuk memberikan sumbangsih berupa solusi jika seandainya ada suatu masalah.

“Cerita, ilmu, pengalaman dan jaringan itu tidak bisa di titipkan ke orang lain. Harus kita sendiri. Misalnya, cara menyelesaikan konflik seperti apa. Solusinya apa. Kalau kita tidak pernah terjun ke masyarakat. Kita tidak akan tahu caranya,” terangnya.

Senada disampaikan Guru Besar Universitas Brawijaya, Prof. Lukman Hakim bahwa kegiatan konservasi adalah menejemen atau pengaturan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Sehingga perlu adanya ilmu untuk mengaturnya agar berjalan dengan baik dan memberikan manfaat untuk semuanya.

Selain ilmu, dia menyampaikan juga perlu adanya seni dalam mengatur sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tersebut. Akan tetapi, dia menyampaikan untuk bagaimana mendapatkan seninya memang harus turun ke lapangan dengan ikut serta dan aktif seperti kegiatan sekarang ini.

“Seperti kegiatan saat inilah (Peringatan Hari Pohon Sedunia). Kita dapat dua. Kita dapat ilmu, begitu juga seninya,” kata dia dalam keterangannya.

Meski begitu, Lukman berpesan kepada pemuda dan pemudi di Lumajang agar tidak berhenti di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) saja. Dia meminta agar bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya. Baik di perguruan tinggi, pondok pesantren dan lain sebagainya.

“Ketika bisa melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi. Kita bisa bergaul dengan orang-orang yang memiliki wawasan lebih luas lagi. Sehingga perjuangan konservasi atau pengelolaan lingkungan dilandasi ilmu pengetahuan dan aksi nyata,” harapnya.

Dia mengungkapkan aksi nekad seperti demonstrasi memang juga diperlukan dalam mengatur sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Namun, hal tersebut akan sia-sia jika tidak diimbangi dengan ilmu pengetahuan. Apalagi jika dalam suatu waktu harus menghadapi para investor perusak lingkungan.

“Mereka (investor perusak lingkungan) pintar sekali menyusun alasan, alibi dan banyak hal lainnya. Makanya, tidak bisa hanya diimbangi dengan demonstrasi. Tapi, juga dengan ilmu pengetahuan itu tadi untuk melawan mereka,” terangnya.

Lukmam juga berpesan kepada pemuda-pemudi bahwa tema kegiatan konservasi kali ini yaitu “Terus Tandur Ojok Mundur” jangan hanya dijadikan slogan hari ini saja. Melainkan bisa diterapkan dalam setiap kehidupan sehari-hari agar selalu dicatat sebagai amal baik dengan bersodaqoh oksigen itu.

“Setiap menanam dari biji. Anda sudah shodaqoh oksigen. Ketika terus tumbuh dan tumbuh, amalan anda akan mengalir. Belum lagi ketika pohon itu rindang hingga berbuah dan bermanfaat untuk makhluk Tuhan,” tuturnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Yuli Haris, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lumajang. Dia berharap kolaborasi dengan komunitas pecinta alam sangat penting untuk mewujudkan Lumajang Hijau.

Menurutnya, dinas memiliki banyak keterbatasan, dan dengan kolaborasi bersama masyarakat keterbatasan tersebut bisa ditutupi. Ia bertekad untuk terus menjaga kerjasama dengan komunitas pecinta alam di Lumajang dalam semua kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan di Lumajang.(der)