Melukis Pakai Kaki dan Mulut Antar Sadikin Keliling Eropa

Sadikin, pelukis tunadaksa saat melukis di BTC. (fathul)

MALANGVOICE – Lukisan yang dilelang pada pembukaan Pasar Rakyat Akbar 2015 di BTC, Senin lalu, merupakan karya dua perupa terkenal, salah satunya adalah Sadikin, pelukis tunadaksa (tidak memiliki tangan).

Sadikin merupakan seniman berbakat yang telah go internasional. Meski memiliki keterbatasan anggota tubuh, namun semangatnya meraih cita-cita membawanya menjadi anggota Assosiation of Mouth and Foot Painting Artist (AMFPA).

Beberapa kali, Sadikin pernah menggelar pameran bersama seniman lain di beberapa negara di Eropa dan Asia, belum lagi seluruh Indonesia. “Terakhir beberapa waktu lalu pameran di Austria, saya membawa lukisan dari sini,” kata Sadikin saat berbincang dengan MVoice.

Sadikin, pelukis tunadaksa saat melukis di BTC

Saat melukis di BTC, Sadikin tidak canggung menggunakan kakinya untuk menghasilkan berbagai macam goresan di kaki gunung. Semakin lama goresan itu membentuk gugusan bunga yang cantik berbagai warna.

Meski tidak secara langsung mendemonstrasikan cara melukisnya, namun metode seperti itu tentu mengundang penonton. Secara bergantian, pelukis asli Malang ini menggunakan kaki lalu mulut, kembali ke kaki lagi.

“Dulu pertama belajarnya di YPAC (Yayasan Pendidikan Anak Cacat) Solo diwaktu SD. Tutor di sana melihat saya punya passion menggambar sehingga saya dilatih terus menerus melukis,” cerita Sadikin.

Semakin lama keterampilannya semakin terasah. Ia aktif bersama perupa dari berbagai daerah untuk melukis bersama sembari mengasah dan sharing soal teknik melukis. Saat ini ia pun punya galeri sendiri bernama Sadikin Pard di Jalan Selat Sunda, Malang.

“Ada beberapa lukisan saya yang terpajang di sana. Modelnya terbuka, siapapun boleh melihatnya. Selain ada juga beberapa lukisan teman se-profesi untuk menambah suasana artistik di galeri,” imbuhnya.

Saat ini ia aktif di Komunitas Seniman Malang sejak tiga tahun terakhir. Bersama pelukis lain yang normal, Sadikin menjadi sosok yang paling aktif menulis. “Semua orang bisa mencapai potensi terbaiknya asal tidak menyerah dan tidak malu,” tutupnya.