Lho, Kopi Jadi Komoditas Ekspor, Tapi Kok Masih Impor?

Kepala Disperindagsar Kabupaten Malang, Helijanti Koentari
Kepala Disperindagsar Kabupaten Malang, Helijanti Koentari (fia)

MALANGVOICE – Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar (Disperindagsar) Kabupaten Malang menargetkan ekspor komoditas Kabupaten Malang di tahun 2016 bisa tumbuh 4 persen dibandingkan catatan ekspor 2015. Tahun lalu, nilai ekspor Kabupaten Malang mencapai kisaran USD 358,6 juta.

Pencapaian tersebut tumbuh sebesar 3,8 persen atau naik USD 13,12 juta dari pencapaian 2014 lalu dengan komoditas andalan antara lain kopi, cengkeh, kayu monding, rokok, kulit, alga, dan mebelair.

“Pangsa pasar selain ASEAN, juga ke Norwegia, Jerman dan Australia,” jelas Kepala Disperindagsar Kabupaten Malang, Helijanti Koentari.

Catatan ekspor tersebut dibarengi dengan peningkatan impor yang lebih besar. Di 2015, impor Kabupaten Malang mencapai USD 87,048 juta atau naik 14,54 persen dari catatan 2014 sebesar USD 76 juta.

Beberapa komoditas impor antara lain kedelai, barang spare part mesin industri, kapas mentah, bahan penolong kampas rem, bahan kimia samak kulit, dan kopi.

“Untuk kopi, jumlah kuota ekspor belum bisa dicukupi petani, sehingga untuk menutupi kekurangan, diimpor kopi dari Timor Timur dan beberapa daerah lain di Indonesia. Tapi jumlahnya tak banyak,” terang Heli.

Pertumbuhan impor yang cukup tinggi menurut Heli tidak bisa dihindari. Pasalnya, ada beberapa komoditas yang memang harus impor. Kedelai misalnya, posakan kedelai lokal yang nyaris tak ada membuat kebutuhan kedelai harus disuplay dari luar negeri.