Lewat Sanbav, Penderita Asma Jadi Tahu Apa yang Harus Dilakukan

Alat Sanbav ciptaan mahasiswa UB (IST)

MALANGVOICE- Sanbav (Smart Android Bag for Asthma Prevention) yang diciptakan mahasiswa UB, Muhammad Nur Azis (Teknik Mesin), Mohammad Efendi Sofyan (Teknik Mesin), Shofia Medina Samara (Pendidikan Dokter), Aisyah Nurul Amalia (Pendidikan Dokter), dan Nardo Golan (Teknik Elektro), ini dilengkapi Android yang terkoneksi dengan tas melalui bluetooth.

Cara kerjanya, saat Sanbav diaktifkan, aplikasi pada Android menampilkan parameter-parameter penyebab asma dengan nilai tertentu.

Aplikasi penunjang Sanbav ini nantinya bisa didapatkan pada Play Store. Saat angka yang ditampilkan pada aplikasi keluar dari parameter normal, akan muncul sinyal kondisi bahaya dan muncul instruksi kepada pengguna.

Sanbav2

Misalnya, pengguna dianjurkan untuk menghindari lokasi ketika temperatur terlalu rendah ataupun memakai masker ketika lingkungan terkontaminasi partikel debu.

“Alat ini bisa dikalibrasi sesuai kebutuhan pengguna. Karena setiap pengidap asma masing-masing memiliki riwayat tersendiri. Sementara standar parameter Sanbav diatur memakai data rata-rata yang paling valid,” terang ketua tim, Aziz.

Aziz menambahkan, Sanbav bisa memasukkan secara manual data parameter pencetus asma masing-masing individu yang disesuaikan dengan kondisi aktual pengguna.

“Jadi alat kita tidak kaku, bisa dikalibrasi menyesuaikan dengan kondisi pengguna masing-masing,” tegasnya.

Nardo, anggota tim yang bertugas membuat aplikasi, menambahkan bahwa penyebab asma ada yang bisa dipredikasi dan tidak bisa diprediksi. Semuanya telah dijelaskan dalam guide book Sanbav.

“Sanbav juga terdapat literatur lengkap berdasarkan referensi kedokteran yang terbaru dan teraktual,” tandas dia.

Proses pembuatan Sanbav melibatkan dosen pembimbing Prof Dr Ir Rudy Soenoko MEngSc, dibantu dokter spesialis paru-paru dr Ungky Agus S SpP dan Dr Susanti Djajalaksana SpP(K).

Alat yang diriset sejak 2014 itu menghabiskan biaya riset sebesar Rp 1,5 juta. Namun untuk dikomersilkan masih bisa didapatkan harga yang lebih murah.

“Nanti rencananya dipasang alarm, voice, dan LCD. Harapannya, ketika tas tidak terkoneksi dengan android masih bisa berfungsi sebagai peringatan. Biar nanti pengguna tidak terbatas untuk orang normal, tetapi orang dengan cacat fisik masih bisa memakai,” kata anggota tim lainnya Sofyan.