Korban Gempa Diberikan Pelayanan Tiga Kali Trauma Healing

kegiatan trauma healing bagi anak-anak di Tirtoyudo

MALANGVOICE – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang masih memfokuskan pemberian pelayanan penyembuhan psikologi korban (trauma healing) atas ketakutan akibat gempa bermagnitudo 6,1 yang terjadi pada Sabtu (10/4) lalu.

Kepala Bidang (Kabid) Pemenuhan Hak dan Partisipasi Anak, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Pemkab Malang, R. Sari Ratih mengatakan, terus memantau perkembangan psikologis warga korban gempa, untuk trauma healing baru bisa diberikan pada dua minggu pasca terjadinya gempa.

“Kalau sesaat setelah terjadinya kejadian, atau kemarin itu setelah dua hari, itu namanya intervensi khusus. Tapi bukan berarti kita lepas tangan begitu saja. Tetap kita pantau, dan terus kita beri pendampingan,” ucapnya.

Menurut Sari, dalam kegiatan tersebut, DP3A Pemkab Malang menggandeng Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) untuk memberikan trauma healing yang mengacu pada data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang.

“Sesuai instruksi Pak Bupati, semua pendataan harus satu pintu di BPBD. Jadi kita juga mengikuti, BPBD atau relawan menghubungi kita dan bilang butuh apa, ya akan kita upayakan. Kita gandeng HIMPSI, disana (HIMPSI, red) ada psikolog-psikolog dari sejumlah universitas,” jelasnya.

Sebab, lanjut Sari, jika berdasarkan jenjang umur, trauma healing diberikan berdasarkan tingkat traumanya, yakni mulai trauma ringan, sedang hingga berat, dan korban gempa di Kabupaten Malang mengalami trauma sedang.

“Kalau yang berat itu seperti sampai linglung. Sedangkan yang ringan itu seperti sedikit-sedikit nangis. Sementara di Kabupaten Malang ini, mungkin sedang, meskipun hanya sesaat,” terangnya.

Akan tetapi, lanjut Sari, secara umum warga terdampak gempa bermagnitudo 6,1, saat ini masih belum dapat dikatakan membutuhkan trauma healing, karena masih belum dua minggu untuk assestment trauma healing yang pertama. Namun DP3A Pemkab Malang tidak lepas tangan begitu saja, terus melakukan pemantauan terahdap perkembangan psikologis korban gempa.

“Terus kami pantau, kami juga menggandeng ormas (organisasi masyarakat) yang bergerak di bidang perlindungan perempuan dan anak juga. Seperti PPA di setiap kecamatan dan forum anak di setiap desa. Jadi kami pantau dari situ,” tukasnya.

Sebagai informasi berdasarkan data yang berhasil dihimpun dari BPBD Kabupaten Malang sementara, yang terdampak gempa bermagnitudo 6,1 tersebut menyebabkan empat orang meninggal dunia, dan 107 orang mengalami luka-luka.

Untuk kerusakan rumah warga sementara total ada sebanyak 6.619 unit, sedangkan bangunan sekolah ada 202 unit, fasilitas kesehatan (Faskes) ada 15 unit, dan bangunan tempat ibadah 129 unit, serta 32 fasilitas umum lainnya yang mengalami kerusakan.

Kerusakan bangunan dan korban jiwa tersebut tersebar di 29 dari 33 kecamatan di Kabupaten Malang, untuk jumlah kerusakan bangunan tersebut terus mengalami pertambahan.

Namun, untuk daerah paling banyak terdampak gempa tersebut ada di Kecamatan Tirtoyudo, Dampit, dan Ampelgading.(der)