Keunikan Lapobra Jadi Perhatian Tim Juri

Wali Kota Malang, HM Anton, menyampaikan presentasi Lapobra di ajang Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik. (ist)
Wali Kota Malang, HM Anton, menyampaikan presentasi Lapobra di ajang Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik. (ist)

MALANGVOICE – Layanan Pojok Braille (Lapobra) mendapat nilai lebih karena memiliki banyak keunikan. Hal ini jadi perhatian tim juri dalam ajang Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Ruang Sriwijaya Gedung Kemenpan RB, Rabu (3/5).

Salah seorang juri, JB Kristiadi, tertarik karena tidak banyak Pemerintah Daerah yang memperhatikan kelompok disabilitas. Secara langsung, para juri juga berkomunikasi dan menguji kemanfaatan Lapobra kepada Pandu, salah seorang disabilitas tuna netra yang dihadirkan dalam forum penilaian.

Lapobra dianggap sebagai pioner inovasi, yakni layanan perpustakaan umum pertama bagi penyandang tuna netra. Selain itu, akses Lapobra cukup mudah dan lengkap.

“Koleksi braille ada 2000 buku, berbasis teknologi informasi dan talking book,” kata Kepala Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah, Djoko Yuwono.

Selain itu, Lapobra juga amat komprehensif dan inklusif, disertai SDM berkompeten, infrastruktur ramah difable, dan layanan antar jemput gratis.

Baca juga: Lapobra Berpeluang Tembus Top 40 Inovasi Pelayanan Publik

Berdasarkan data 2016, di Kota Malang tercatat jumlah disabilitas tuna netra sebanyak 1.138 jiwa atau 0.12 persen dari total jumlah penduduk. Pemkot sendiri sebagaimana disampaikan Wali Kota, HM Anton, sejak 2015-2016 telah menggelontorkan anggaran khusus.

Itu untuk pembinaan kelompok disabilitas sebesar Rp 3 miliar, dan penataan infrastruktur ramah disabilitas sebesar Rp 71 miliar. Untuk pembangunan LapoBra sendiri mencapai Rp 3 miliar.

“Tak boleh ada halangan dan hambatan bagi warga untuk maju, termasuk dari saudara-saudara disabilitas tuna netra dan disabilitas lain. Mereka harus mendapatkan layanan pustaka. Lapobra hadir untuk itu,” seru Anton.