Keluarga Mahasiswa UINSA Tak Punya Firasat Apapun

Ibunda Lutfi, (kanan) Endah Warni (deny)

MALANGVOICE – Kematian Lutfi Rahmawati, mahasiwi UINSA Surabaya, Sabtu sore, sangat memukul hati keluarga, terutama sang ibu, Endah Warni (50). Ia tak mempunyai firasat apapun ditinggal anak semata wayang itu selamanya.

Air mata Endah terus membasahi pipi saat tiba di kamar mayat RS Saiful Anwar, Minggu dini hari tadi. Jenazah yang sudah kaku ia ciumi berulang kali.

Saat berkesempatan, ia menceritakan kisah sebelum perpisahan itu. Menurutnya, Lutfi tak mempunyai riwayat sakit, dan tetap sehat sebelum berangkat Diklatsar Mapalsa di Pagak, Kabupaten Malang.

“Hari Selasa pagi saya dimintai tanda tangan surat edaran dari kampus mengenai Diklatsar. Ia pamit, terus bilang pulangnya Sabtu,” jelasnya.

Selanjutnya Lutfi pergi pada Selasa malam, menginap di kampus, kemudian berangkat Rabu pagi. Selama 4 hari tidak ada kontak, karena peraturannya memang dilarang membawa HP. Meski begitu Endah mengaku tak memiliki firasat apapun, sampai pada Sabtu kemarin, ada telepon pukul 22.00 WIB yang membuatnya curiga.

“Malem itu ada telepon, saya angkat suaranya wanita. Dia tanya, apa benar saya ibunya Lutfi, saya jawab iya, langsung ditutup,” katanya sedih.

Kecurigaan itu ternyata benar, Endah mendapat telepon kedua. Kali ini benar-benar kabar duka yang ia dapat. Anak kesayangan meninggal. “Telepon kedua jam 23.00 WIB, saya tanya di mana anak saya, kenapa anak saya. Baru dibilang Lutfi meninggal,” jelasnya.

Lufti segera dimakamkan di Surabaya menunggu sang ayah yang kerja di Jombang pulang.

Diberitakan sebelumnya, Lufti Rahmawati dan Yudi Akbar Rizky, merupakan mahasiswa baru UINSA Surabaya. Keduanya merupakan korban meninggal saat Diklatsar Mapalsa di Wana Wisana Sumuran RPH Rejosari di Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, Sabtu sore.