Kafe Kali TSG ‘Dirusak’ Sampah Bekas Makanan

Suasana kafe kali TSG. (Mvoice/Toski D).

MALANGVOICE – Sebuah kafe bernuansa alam yang memanjakan pengunjung dengan bermain air menunjukkan pemandangan tidak sedap.

Kafe Kali Telaga Sari Garden (TSG) yang berada di Dusun Begawan Desa Pandansari Lor Kecamatan Jabung, menimbulkan sampah plastik terutama sisa mie instan di sungai tersebut.

Kafe yang baru dibuka selama satu bulan tersebut, ditengarai melanggar PP 38 tahun 2011 tentang Sungai, karena dinilai dapat merusak lingkungan dan ekosistem sekitar sungai.

Founder Lembaga Konservasi Sahabat Alam Indonesia (SALAM), Andi Syaifudin, mengatakan, saat ini memang banyak sekali ditemui jasa wisata maupun sarana wisata berbasis alam yang muncul.

“Tetap pemegang kebijakan yang punya regulasi. Faktor keamanan, perubahan bentang alam, keseimbangan ekosistem hingga dampak-dampak yang kemungkinan ditimbulkan, itu yang diperhatikan. Kalau sudut pandang aktifis, hanya bisa sebagai fungsi kontrol dan pengawasan,” ucap Andi, saat di hubungi, Ahad (10/10).

Menurut Andi, Pemerintah Daerah (Pemda) harus memiliki fungsi kontrol untuk dapat meminimalisasi dampak sosial maupun lingkungan.

Bahkan, lanjutnya, semestinya harus ada kajiannya terlebih dahulu sebelum tempat wisata dibuka.

“Pemerintah dalam hal ini sebagai pemegang regulator. Jadi biar tidak sekadar opini, harus ada kajiannya. Tentang perubahan bentang alam, keterkaitan antara hulu dan hilir, keamanan, dampak sosial dan lain-lain,” tegasnya.

Sementara itu, pemiliki Kafe Kali TSG Hadi Suyitno mengatakan pihaknya sudah mengantisipasi untuk meminimalisasi beberapa dampak yang mungkin terjadi. Seperti upaya mengendalikan sampah, pemberdayaan masyarakat dan faktor keamanan.

“Samping-samping sungai saya tanami pohon palem. Bahkan di hulu sungai saya beri ikan nila dan lele, dan setiap beberapa meter saya beri jaring untuk menahan sampah yang setiap pagi selalu kami bersihkan,” ucap Hadi Suyitno, saat ditemui di area kafe kali TSG, Sabtu (9/10).

Selain itu, Hadi mengaku, hingga saat ini, dirinya masih akan terus mengembangkan bisnisnya tersebut dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan masukan dan saran dari berbagai pihak.

“Saya siapkan sekitar 10 hektar untuk kafe dan wahana wisata nanti. Untuk bekerjanya dari warga sekitar, sekitar 50 orang, mereka rata-rata pekerja di tempat wisata yang tutup karena ada pandemi,” pungkasnya.(end)