Jumlah Wisatawan TNBTS Menurun, Berdampak Positif pada Ekologi

Pemandangan bukit di Gunung Bromo. (Deny Rahmawan)

MALANGVOICE – Sejak bulan Maret tahun 2020 hingga saat ini, pandemi Covid-19 tak henti-hentinya menyebar dan menjangkit masyarakat.

Untuk mengantisipasi hal itu, seluruh pihak melakukan upaya pencegahan penyebaran virus asal Wuhan tersebut. Tak terkecuali Balai Besar (BB) Taman Nasional Bromo-Tengger Semeru. Mereka membuat kebijakan pembatasan kuota pengunjung dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19.

Akibatnya, pada tahun 2020 jumlah wisatawan yang mengunjungi kawasan gunung Bromo, mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Tercatat pada periode 2020 sebanyak 196.268 orang wisatawan datang, dengan rincian 193.733 orang merupakan wisatawan lokal dan 2.658 merupakan wisatawan mancanegara.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami penurunan. Pada tahun 2019 tercatat sebanyak 721.082 wisatawan ke Gunung Bromo, rinciannya 699.021 wisatawan lokal dan 22.061 merupakan wisatawan mancanegara.

Dari segi wisata sendiri, kawasan wisata Bromo-Tengger Semeru pada 2020 menyumbang Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp6,41 miliar lebih. Jumlah ini menurun dibanding periode 2019 yakni sebesar Rp22,8 miliar lebih.

“Seratus persen pendapatan tersebut kami setor ke kas negara. Jadi tidak ada yang digunakan oleh BB TNBTS. Karena kami sudah ada jatah anggaran sendiri dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),” ujar Plt Kepala BB TNBTS, Novita Kusuma Wardhani, Ahad (6/6).

Adapun destinasi yang menjadi favorit wisatawan saat berkunjung ke Bromo ujar Novita, pihaknya mencatat ada tujuh spot yang menjadi andalan para wisatawan yaitu Semeru, Pananjakan, Laut Pasir, Teletubbies, Bukit Kedaluh, Bukit Cinta dan Pura Ponten.

“Jadi ini membuat nilai dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Tapi karena dampak pandemi sektor ini jadi terpukul juga,” katanya.

Meski begitu, dengan adanya pembatasan kuota itu, memiliki dampak positif terhadap ekologi di kawasan TNBTS.

“Ini juga berdampak positif terhadap ekologi. Seperti rumput-rumput di kawasan TNBTS sekarang sudah mulai tumbuh. Juga satwa-satwa juga lebih bebas,” ungkapnya.

Dirinya juga menambahkan, kawasan Bromo-Tengger Semeru selain pemanfaatannya untuk kegiatan wisatawan namun, hal yang lebih penting daripada itu adalah kawasan tersebut merupakan daerah konservasi.

“Bromo selama ini dikenal dengan konsep wisata. Tapi ini juga merupakan kawasan konservasi. Kawasan konservasi ini dijaga adalah untuk menjaga dari perubahan iklim,” tandasnya.(der)