Inspiratif, Perjuangan Penderita Ostrotofi Otot Ini Meraih Gelar Sarjana Psikologi

Yohana Felisitas Bunga Keraf saat bersama kedua orang tuanya (tika)
Yohana Felisitas Bunga Keraf saat bersama kedua orang tuanya (tika)

MALANGVOICE 8 – Rona bahagia tidak bisa disembunyikan dari wajah Yohana Felisitas Bunga Keraf (22). Pasalnya, sarjana Psikologi Universitas Negeri Malang (UM) hari ini diwisuda dengan meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,22.

Dibalik senyum bahagianya, Felis memiliki cerita yang menginspirasi sehingga dia bisa meraih gelar sarjana dengan masa studi 4,5 tahun.

Felis adalah satu-satunya wisudawan yang mengikuti prosesi wisuda di atas kursi roda. Anak tunggal dari pasangan Magdalena dan Velisius Keraf ini merupakan penderita ostrotofi otot.

Penyakit ini menyerang kekuatan otot gerak penderitanya, yang membuat kesulitan dalam beraktifitas. Mulai dari tangan, kaki bahkan seluruh tubuh Felis terserang penyakit ini.

Dara manis asal Desa Pamakayo, Solor Barat, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu bahkan kesulitan untuk mengangkat tangannya tatkala bersalaman dengan MVoice.

“Iya saya kesulitan bergerak, bukan yang mati rasa tapi lemah. Kaki, tangan dan semua bagian tubuh lemah untuk bergerak,” kata dia.

Felis bercerita, dia tidak tahu persis kapan menderita penyakit ini. Pasalnya, ketika masih kecil hingga SMP dia bisa bergerak dan beraktifitas seperti anak-anak pada umumnya.

“Tapi menurut cerita mama papa, ketika berlari atau berjalan saya sering jatuh. Mereka menganggap hal itu karena keaktifan saya saja. Sehingga menganggap bukan masalah serius,” beber Felis.

Masalah yang dianggap sepele ini justru berakibat buruk bagi Felis. Secara perlahan, dia merasa tubuhnya melemah dan susah digerakkan.

Berbagai dokter dan pengobatan dia tempuh, namun masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Terkadang, dia juga mengeluhkan kakinya yang sakit.

“Tidak langsung ya, tapi bertahap. Sedikit demi sedikit susah bergerak. Kaki tidak bisa menopang tubuh,” cerita dia.

Akhirnya, sejak duduk di bangku SMP dia harus menggunakan kursi roda sebagai alat bantunya beraktifitas.

Sejak SMP pula dia tinggal di Kota Malang dan menimba ilmu di Yayasan Bhakti Luhur, Dieng.

“Ketika kuliah, saya ada perawat yang membantu aktivitas. UM baik karena mereka mengizinkan perawat saya masuk ke kelas saat saya kuliah,” kata dia.

Pada awalnya Felis mengaku merasa kesulitan kuliah, karena keterbatasan geraknya. Namun dia bersyukur karena teman-temannya di kampus kerap membantu dia dalam berbagai hal.

“Anak-anak juga baik. Mereka helpfull dan welcome sekali,” cerita gadis berkacamata itu.

Saat mengerjakan skripsi, dia mengaku cukup kesusahan karena tangannya susah digerakkan.

Tidak kurang akal, ketika mengetik materi skripsi dia menggunakan handphonenya dan mentransfer ke laptop. Menurutnya, hal itu lebih memudahkan pekerjaan.

“Puji Tuhan bisa selesai skripsi saya. Rencananya, mau kembali ke daerah mengabdikan ilmu yang saya dapat di sana,” kata dia.