Hasil Karya Program LeX Akan Dibuat di Jepang

MALANGVOICE – Program Belajar Cepat (Learning Express, LeX) hasil kerjasama Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Singapore Polytechnic (SP), Kanazawa Institute of Technology (KIT) Jepang, dan Kanazawa Technical College (KTC) Jepang, resmi berakhir Kamis (24/3). Pada closing ceremony di Auditorium UMM, keempat kampus dari tiga negara itu bekolaborasi membuat prototype karya yang akan membantu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), khususnya di Kota Batu.

Ada tiga produk yang dibuat ke-68 peserta program LeX. Menurut Asisten Rektor Bidang Kerjasama, Drs Soeparto MPd, ketiga prototype ini akan dimatangkan konsepnya di Jepang untuk dibuatkan barang jadinya. “Bulan September (prototype) akan dimatangkan di Jepang dan sekaligus mengundang lima mahasiswa kita kesana,” ujar Soeparto.

Hasil Karya Program LeX Akan Dibuat di Jepang 2

Selama empat hari observasi di Desa Temas, Batu, mahasiswa dari ketiga negara ini menemukan permasalahan di UMKM yang terletak di desa tersebut. Tiga UMKM yang menjadi fokus perhatian para peserta LeX ini yakni usaha pemotongan ayam, pabrik tahu, dan wisata tani.

Di unit usaha pemotongan ayam, peserta LeX menemukan permasalahan dalam pengelolaan pembersihan ayam potong. Mereka melihat bahwa ayam yang sudah dipotong dibersihkan bulu dan kotorannya dengan merendam ke dalam air mendidih.

Namun, karena mengerjakannya hanya menggunakan kayu dan tangan, maka hal tersebut menjadi kurang efektif. Dari kebersihan, keamanan dan kesehatannya menjadi kurang. Sehingga perlu alat untuk membantu mempermudah pekerjaan tersebut.

Salah seorang peserta LeX, Adjar Yusrandi Akbar yang juga mahasiswa Biologi UMM menjelaskan, untuk membantu usaha potong ayam tersebut perlu alat tambahan seperti panci berlubang yang memiliki pegangan untuk tangan.

“Tempat ini akan dapat menampung ayam beserta kotorannya sehingga kotoran ayam dapat terangkat dan tidak melebur dengan air yang akan digunakan untuk membersihkan ayam berikutnya. Tempat pegangan di panci yang berlubang juga akan memudahkan dalam memutar ayam sehingga tidak perlu memakai kayu lagi,” ujar Adjar.

Kelompok lain juga menemukan permasalahan baru di pabrik tahu, desa Temas. Sebenarnya, dari sisi proses produksinya tidak menjadi masalah, namun penduduk sekitar merasakan tidak nyaman dengan asap berwarna hitam yang mengganggu kesehatan dan aktivitas warga di sana. Sebab itu. peserta LeX membuat alat yang dapat membantu mengurangi warna pekat hitam tersebut.

“Ada dua corong untuk memisahkan uap dan asap. Corong yang pertama digunakan untuk mengalirkan uap air yang mendidih untuk pembuatan tahu. Sementara corong kedua akan digunakan untuk jalannya asap hasil dari pembakaran kayu untuk mendidihkan air. Untuk mengurangi warna hitam akan ditambahkan arang aktif dan serabut kelapa di dalam pipa sehingga asap akan tersaring dan warnanya akan berubah,” ujar Anggita Elma Winda, salah seorang peserta LEx.

Hanum Shirotu Nida, mahasiswa Teknik UMM yang juga peserta LeX menjelaskan, lebih menarik jika tanaman ditata rapi dan dibedakan sesuai jenisnya.

“Dalam prototype yang kami buat terdapat tanaman hias, sayur-sayuran dan buah-buahan yang dibedakan sesuai dengan lahannya. Di setiap tanaman juga diberi keterangan untuk mengedukasi pengunjung. Kami juga menyediakan tempat yang dapat menjual tanaman organis yang dikelola oleh warga setempat sehingga dapat menjadi pemasukan lebih bagi warga setempat. Terlebih, lokasinya berada di dekat wisata rafting sehingga banyak orang yang akan berkunjung ke kampung wisata ini,” ujarnya.

Salah satu mahasiswa SP Wiyata Sadikin mengaku bahwa program ini sangat menarik dan bermanfaat. “Kita bisa belajar satu sama lain. Mahasiswa Jepang orangnya disiplin, mahasiswa Indonesia orangnya fun, dan tidak gampang tersinggung. I feel great di kegiatan ini,” ungkapnya.

Sementara itu mahasiswa KIT, Yuki Kano, mengatakan, Desa Temas mirip sebuah tempat di Kanazawa, Jepang, namun suasananya lebih indah di sini. “Meskipun kita terbentur bahasa, penduduk desanya sangat friendly,” katanya.

Sebelum acara penutupan berakhir, panitia menyerahkan produk LEx tahun lalu yang sudah berbentuk barang jadi. Penyerahan produk itu diberikan langsung pada perwakilan UMKM yang hadir pada acara tersebut disaksikan pejabat Pemerintah Kota Batu.

Pemilik usaha budidaya ulat dari Batu, Suardi, yang menjadi salah satu perwakilan UMKM yang dibantu LeX tahun lalu turut hadir untuk menerima alat bantu yang telah dibuat peserta LeX di Jepang. Alat itu bernama larvae separator. Suardi mengaku, dia sangat terbantu dalam mempermudah usahanya memisahkan larva dengan ulat. “Terimakasih sudah dibantu,” katanya singkat.