Gadis Kecil yang Hebat Itu Bernama Santana…

Gadis Kecil yang Hebat Itu Bernama Santana…
Gadis Kecil yang Hebat Itu Bernama Santana…

Oleh: Rudi Sandjaya

MALANGVOICE-Seorang gadis kecil terlihat tengah berteriak, sembari memegang buku di tangan kiri, dan sebuah pensil di tangan kanannya. Dia duduk sambil membetulkan lampu kecilnya yang sudah hampir redup. Dengan suara sedikit serak, dia berteriak mengajak siapap saja membeli dagangannya, malam itu. Parkiran Mall Olympic Garden (MOG) yang tak pernah sepi menjadi tempat pilihannya untuk menjajakan dagangannya.

Gadis itu tidak memperdulikan dinginnya udara malam, dia tetap saja berteriak dengan suara khasnya, membujuk setiap manusia didepannya agar mendekat dan membeli dagangannya.

Dia tidak berharap lebih, hanya ingin barang jualannya cepat habis dan dia bisa beristirahat untuk kegiatan esok hari. Waktu itu jarum jam menunjuk pukul 10 malam, pengunjung mall pun sudah sepi, parkiran tempatnya menjajakan jualan juga mulai sepi. Tapi, di tengah remangnya lampu yang ia bawa, muka bahagia Santana seakan menyeruak ke permukaan. Dia Girang, karena akhirnya dagangan yang ia jajakan habis tak tersisa.

Namanya Santana, gadis kecil berumur 10 tahun, putri pasangan Agus dan Eni. Santana tercatat sebagai siswi dari SDN 3 Banjarejo, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.

Kesehariannya tidak sama dengan teman-temannya kebanyakan. Pada pagi hari, dia menjalani kewajibannya sebagai siswi sekolah dasar. Tetapi saat malam tiba, dia juga tak seperti teman-temannya yang bisa berkumpul sambil tertawa dengan keluarga. Dia justru berjualan, menjajakan jajanan pasar di kawasan MOG Kota Malang.

Apa yang dilakukan Santana ternyata bukan suruhan orang tua, justru dia sendiri yang menginginkan itu. Dia belajar berjualan seperti itu dari kakaknya,Richard. Dulu kakaknya juga sama seperti dia, disaat teman seumurannya asik dengan keluarga, dia justru bekerja keras membantu orang tua.

Richard sengaja mengajak adiknya yang paling kecil ini untuk berjualan, karena Santana memang ingin. Sang kakak dulu berjualan barang yang sama dengan dijajakan Santana, jajanan khas pasar seperti risoles, bolu, dan masih banyak lagi.

Mulai dari situlah Santana kecil ingin menjadi kakaknya, yang bisa menambah uang jajan tanpa harus merengek pada orang tua.

Saat ditemui, Santana bercerita, dia melakukan itu tanpa paksaan. Dan dia sangat senang melakukanya. Tujuannya berjualan, hanya untuk membantu orang tua dan ingin menambah uang jajannya sendiri.

“Aku senang jualan. Pertama kali aku jualan diajak sama kakak. Akhirnya aku juga pengen kaya kakak yang bisa bantu ibu dan bisa punya uang jajan sendiri. Akhirnya aku juga ikutan jualan seperti kakak,” tutur gadis kecil itu, polos.

Santana kecil tak ingin pilihannya menjadi beban baginya, karena itu dia sebisa mungkin pada malam hari, saat berjualan, dia menyempatkan sedikit waktu untuk sekadar membuat tugas atau belajar, mengulang kembali pelajaran yang sudah diterima di sekolah, pagi harinya. Dia tidak akan pernah melupakan tugasnya sebagai siswi, meski berjualan hingga jam 10 malam. Dia tidak ketinggalan untuk tetap belajar dan mengerjakan tugas.

Meskipun malam hari berjualan dan pulang sudah larut, Santana tak putus semangat dengan prestasinya. Dia bahkan sering memenangkan lomba menggambar dan menyanyi di sekolah. Ya, santana kecil memang bercita-cita menjadi penyanyi, dia ingin, kelak suatu hari menjadi penyanyi handal yang bisa membanggakan orang tuanya.

Sementara itu, saat ditemui, kedua orang tua Santana tidak menampik bahwa keinginan berjualan itu datang dari anak bungsunya sendiri. Orang tua tidak melarang Santana berjualan, dengan catatan, dia harus pandai membagi waktu antara istirahat dengan bermain.

Agus, sanag ayah, sangat bangga dengan Santana. Dia merasa Santana bisa sukses seperti kakaknya, Richard. Sekarang Richard menjadi mahasiswa salah satu universitas di Malang, dan tengah magang di sebuah hotel berbintang di Malang.

Agus berharap Santana kecil bisa menggapai cita-citanya tanpa harus terhambat dengan ekonomi keluarga. Sebenarnya Agus juga tak tega membiarkan buah hatinya keluar malam hari dan terkena dinginnya udara malam. Tapi itu keinginan Santana sendiri.

Santana memang ingin membahagiakan orang tuanya, dia sangat ingin menjadi seperti kakaknya yang sukses. Mungkin itu yang menjadi motivasi bagi Santana agar tetap belajar, meski dia harus berjualan di malam hari.

Santana sendiri dikenal sebagai murid yang pintar dan periang di sekolahnya. Dia memiliki banyak teman. Meski begitu, Santana tak pernah malu dengan teman-temannya, karena berjualan di malam hari.

Menurut dia, dalam hal ini tak perlu malu, karena itu usaha dia untuk membantu orang tua. Dia juga tak pernah iri pada teman-temannya yangberkecukupan. Dia malah bangga dengan keadaannya sekarang, bisa membantu orang tua di umur yang sangat muda, serta sudah bisa menjadi pribadi yang mandiri.

Memahami Santana, sesungguhnya mengajarkan pada kita tentang arti bakti seorang anak kepada orang tua. Dia juga mengajarkan pada kita tentang semangat untuk tetap berusaha bagaimanapun sulitnya keadaan kita.

Semangat yang diajarkan Santana inilah yang harus dicontoh. Meski dia mempunyai banyak kegiatan, tetapi dia tidak lupa kewajiban utamanya sebagai pelajar. Semangat untuk membantu orang tua juga harus dicontoh. Santana mempunyai harapan kecil di hatinya, yakni melihat orang tuanya bahagia. Itu sudah cukup baginya.

*) Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UB, 2015