Dosen Unikama Teliti Spermatozoa Sapi PO

Dosen Unikama ini teliti spermatozoa sapi PO. (istimewa)

MALANGVOICE – Sapi Peranakan Ongole (PO) ialah hasil perkawinan antara sapi Jawa (sapi lokal putih) dan sapi Ongole yang berasal dari India. Sapi PO merupakan tipe pedaging dan pekerja karena ukuran badan besar. Selain itu aktivitas reproduksi sang induk cepat kembali normal setelah beranak, sedangkan pada sapi jantan memiliki kualitas sperma (semen) yang baik.

Seorang dosen Fakultas Peternakan Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama), Enike Dwi Kusumawati, melakukan penelitian melalui Inseminasi Buatan (IB) untuk meningkatkan mutu genetik dan reproduksi sapi PO.

Penelitian berjudul ‘Fertilitas Spemartozoa Sapi Peranakan Ongole Setelah Sexing dengan Menggunakan Metode yang Berbeda’ ini menggunakan metode eskperimental dengan dua tahapan.

“Tahap pertama ialah sexing, pengenceran, pendinginan, pembekuan, dan uji kualitas spermatozoa. Tujuannya mengetahui kualitas spermatozoa hasil sexing pada saat masih cair dan sudah dibekukan. Sampel semen berasal dari sapi PO di Loka Penelitian sapi potong, Grati- Pasuruan,” paparnya.

Sementara itu, tahap kedua dilakukan untuk menguji fertilitas dengan cara IB pada 135 ekor sapi di PT Widodo Makmur Perkasa, Cianjur. Inseminasi buatan menggunakan perlakuan semen yang berbeda-beda, antara lain semen tanpa sexing, sexing Sentrifugasi Gardien Densitas Percoll (SGDP) dan Sedimentasi Putih Telur (SPT). Tiap perlakuan diterapkan pada 45 ekor sapi. Selanjutnya pengamatan angka non return rate (NRR) dalam periode 20-30 hari dan angka kebuntingan atau conception rate (CR) setelah 90 hari dilakukan IB.

Pada tahap ini menunjukkan pemeriksaan kebuntingan pada umur tiga bulan didapatkan hasil yang bervariasi. Diantaranya 21 ekor sapi bunting hasil IB menggunakan semen non sexing (control), 14 ekor sapi bunting menggunakan semen sexing SPT, dan 18 ekor sapi bunting menggunakan semen sexing SGDP.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini ialah kualitas dan struktur spermatozoa setelah proses sexing dan post thawing menggunakan sedimentasi putih telur (SPT) menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan metode SGDP. Sedangkan fertilitas spermatozoa menunjukkan hasil sexing SGDP lebih baik dibandingkan sexing SPT berdasarkan hasil IB semen cair dengan analisa CR.

Berkat penelitiannya itu, Enike mendapatkan gelar doktornya dari Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (UB).(Der/Yei)