Ditemukan Rel Trem Era Kolonial, Proyek Kayu Tangan Heritage Jalan Terus

Wali Kota Sutiaji dan Wakil Wali Kota Sofyan Edi meninjau temuan rel trem di Jalan Basuki Rahmat, Rabu (11/11). (Aziz Ramadani/MVoice)

MALANGVOICE – Penemuan rel lokomotif atau trem peninggalan era Kolonial Belanda tak menggangu pengerjaan proyek Kayu Tangan Heritage. Malah, penemuan tersebut jadi nilai tambah dari calon destinasi wisata baru di Kota Malang tersebut.

Sebelumnya, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang dan PT KAI telah berunding tentang penemuan rel trem yang resmi beroperasi pada 1903 silam itu. Hasilnya, bahwa rel tetap di lokasi dan akan ditutup cor dan batu andesit berwarna khusus sebagai penanda.

Wali Kota Malang Sutiaji mengamini upaya yang dirumuskan TACB bersama PT KAI tersebut. Sebab, menurutnya, penting menjaga sebuah peninggalan sejarah. Hal itu juga sesuai dengan tujuan dibangunnya Kayu Tangan Heritage di sepanjang Jalan Basuki Rahmat tersebut.

“Ini ada nilai sejarah. Keputusannya tetap tidak usah dibongkar, tapi ada penanda. Tadi saya minta ada penanda, jadi (batu) andesit warna berbeda, supaya orang tahu, bahwa di sini ada rel yang 1903 itu diresmikan,” ujarnya, Rabu (11/11).

Sementara, Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang, Agung H. Buana mengatakan, sebagai solusi telah diputuskan agar rel trem tidak dipindah. Agar menjadi pengingat sejarah bahwa di Kota Malang pernah memiliki moda transportasi trem pertama kali.

“Histori seperti ini perlu kita tampilkan kepada masyarakat, sebagai bagian dari pembelajaran ilmu pengetahuan dan pengenalan kepada masyarakat. Memberikan satu pembelajaran kepada masyarakat bahwa Malang itu sejak awal 1900 sudah punya moda transportasi massal yang belum dimiliki kota lain,” urainya.

Konsultan Supervisi PT Prospera Warjo menambahkan, saat ditemukan rel dalam kondisi utuh, namun bantalan kayu telah lapuk dan beberapa rusak.
“Kalau besi, kena karat. Tapi secara kondisi masih 70-80 persen masih lumayan bagus,” ujarnya.

Sesuai keputusan, lanjut dia, bahwa rel akan dicor agar karat tidak bertambah. Selanjutnya ditutupi batu andesit.

“Masih punya ruang 12 centimeter, ada enam centimeter untuk melindungi rel agar tidak rusak oleh karat. Lalu 6 centimeter batu andesit,” pungkasnya.

Seperti diberitakan, proyek pembangunan Kayu Tangan Heritage, menata ulang koridor Jalan Basuki Rahmat. Tujuannya untuk menjadi destinasi baru wisatawa sejarah. Sebab, kawasan ini memang dikenal sebagai jantung kota pada era Kolonial Belanda. Kawasan ini masih dipenuhi bangunan kuno, mulai Gereja Katolik Hati Kudus atau dikenal Gereja Kayu Tangan hingga Sarinah. Proyek ini menelan anggaran Rp 23 miliar dari Dana Alokasi Khusus (DAK).(der)