Dewan Sebut Pengerjaan Proyek Kayu Tangan Heritage Tidak 24 Jam, Sutiaji: Sudah Saya Tegur

Wali Kota Sutiaji dan Wakil Wali Kota Sofyan Edi meninjau temuan rel trem di Jalan Basuki Rahmat, Rabu (11/11). (Aziz Ramadani/MVoice)

MALANGVOICE – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang meminta Pemerintah Kota Malang mempercepat pembangunan Kayu Tangan Heritage. Agar dampak perekonomian masyarakat tak berkepanjangan.

Hal itu terungkap saat rapat paripurna, Senin (16/11).
Anggota DPRD Kota Malang, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Arif Wahyudi misalnya. Ia mengatakan perlunya percepatan pembangunan Malang Heritage, lantaran tak sedikit sektor ekonomi yang terdampak dari proyek di kawasan Jalan Basuki Rahmat tersebut.

“Percepatan atas pembangunan tersebut mutlak dilakukan. Berdasarkan pernyataan Wali Kota Malang, proses pengerjaan akan dilakukan 24 jam,” katanya.

Namun faktanya, lanjut dia, proses pengerjaan kawasan Kayu Tangan Heritage didapatinya tidak dilakukan selama 24 jam. Hal itu, menurutnya, harus menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Malang. Lantaran proses pembangunan memberikan dampak cukup besar kepada pelaku usaha skala kecil di sekitaran proyek.

“Ini harus menjadi perhatian serius. Karena jika tidak dilakukan secara maksimal, maka kerugian yang diderita masyarakat cukup besar. Kami mohon dilakukan pengerjaan selama 24 jam,” sambung dia.

Dicontohkannya penurunan omzet pedagang akibat penutupan akses jalan.

“Sebagai contoh, salah satu pedagang yang ada di Jalan Semeru, menyatakan bahwa omzet menurun hingga 70 persen akibat dampat pembangunan,” imbuhnya.

Sementara itu, Wali Kota Malang Sutiaji tak menampik temuan anggota dewan. Bahwa proses pembangunan Kayu Tangan Heritage memang tak sampai 24 jam. Menindaklanjuti itu, pihaknya telah menegur pelaksana proyek.

“Saya malam hari ke sana, dan tidak ada pengerjaan. Kemudian pagi harinya saya tegur,” kata Sutiaji.

Ia menambahkan, bahwa pelaksana telah ditegaskannya agar berkomitmen bisa melakukan proses pembangunan selama 24 jam. Supaya akses jalan dapat dibuka kembali.
Kekinian, lanjut Sutiaji, tahapan untuk pembangunan pada koridor satu dan dua, telah memasuki tahap pengecoran.

“Ini memang harus dilakukan percepatan, karena ini adalah akses keluar masuknya orang, dan akan berdampak pada tumbuh kembangnya perekonomian di Kota Malang,” jelasnya.

Kawasan Kayutangan, atau yang saat ini dikenal sebagai Jalan Basuki Rahmat merupakan jantung kota, yakni pusat perdagangan, dan pertokoan pada masa Kolonial Hindia Belanda. Masih banyak bangunan atau cagar budaya yang masih bertahan. Seperti bangunan Rajabally, Toko Avia, Kantor PLN, Gereja Kayu Tangan dan Sarinah.

Proyek pembanguan dimulai 9 November 2020 dengan fokus pengerjaan penataan ulang koridor Jalan Basuki Rahmat atau Kayu Tangan. Koridor Kayu Tangan bakal disulap seperti Malioboro Yogyakarta, atau Jalan Braga di Bandung. Penuntasan proyek senilai Rp 23 miliar bersumber DAK pusat itu ditargetkan 20 Desember 2020.(der)