Cegah Radikalisme, UB Gandeng Pihak Luar

Rektor UB, Prof. M. Bisri. (Lisdya Shelly)
Rektor UB, Prof. M. Bisri. (Lisdya Shelly)

MALANGVOICE – Universitas Brawijaya (UB) berupaya mengantisipasi dan menghambatadanya gerakan radikalisme. Hal ini ditindaklanjuti baik dari eksternal maupun internal.

Rektor UB, Prof. M Bisri menjelaskan, pihaknya sudah saling koordinasi dengan intelejen untuk menjangkau mahasiswa berpaham radikal.

Ditemui selepas acara Rapat Pimpinan Nasional (rapimnas) Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di gedung widyaloka UB, Jum’at (1/6), Bisri menjelaskan, penguatan dari internal dan eksternal sudah dimatangkan dan diterapkan sejak lama.

“Kalau dari internal, sudah memperkuat karakter moralnya, di masjid-masjid kami sudah ada penguatan karakter bagi mahasiswa,“ ujar Bisri.

Bisri juga menjelaskan ada mata kuliah yang sudah dirancang dengan memasukkan poin-poin Pembinaan Karakter Berbasis Religi (PKBR). PKBR sendiri, merupakan pembinaan kepribadian yang berhubungan dengan keagamaan, namun untuk implementasinya tidak selalu berhubungan dengan ketuhanan.

PKBR inilah yang nantinya akan membantu mahasiswa membentuk kepribadian profesional.

“Mata kuliah ini sudah dipetakan dengan baik, fokusnya untuk mahasiswa banyak,” tambah mantan dekan Fakultas Teknik UB ini.

Sementara itu, penanganan dari eksternal UB sudah berkoordinasi dengan pihak intelejen. Secara tegas, ia meminta bantuan intelejen untuk melihat pergerakan mahasiswa di luar UB. Bisri mengaku, selama ini jika ada laporan terkait mahasiswa yang sedikit meresahkan, info tersebut datangnya dari intel.

Bisri juga menambahkan, pihak internal rektorat saat mengawasi kegiatan mahasiswa juga tidak memungkinkan. Sebab, jumlah mahasiswa berjumlah belasan ribu, tentunya harus ada pihak lain yang membantu.

“lagipula, anak-anaknya begitu licin, susah juga. Jadi nanti koordinasi dengan wakil rektor (WR) III untuk masalah ini,” tambahnya.

Masalah organisasi atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ditengarai bisa jadi salah satu masuknya radikalisme, juga sudah dipantau. Begitu pula organisasi ekstra kampus (omek) juga ikut diawasi.

“Kalau sekarang sudah dilarang juga oleh pemerintah, jadi lebih enak pengawasannya,” imbuhnya. Ditanya, apakah UB juga bekerja sama dengan pihak kost-kostan untuk memantau mahasiswanya, Bisri menggeleng. “Pengawasan dari kost cukup dari pihak pengelolanya saja,” pungkasnya.(Der/Aka)