Cegah Pneumonia, Kota Malang Gratiskan Imunisasi PCV

Imunisasi PCV pada balita. (Istimewa)

MALANGVOICE – Kota Malang menjadi salah satu dari delapan kota di Jatim yang mendapat prioritas imunisasi PCV dari Kemenkes RI. Delapan daerah itu adalah Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Malang, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Jember, Kota Kediri, Kabupaten Kediri dan Kota Malang.

Terpilihnya Kota Malang ini membuat Dinas Kesehatan Pemkot Malang memberikan secara gratis imunisasi PCV (Pneumokokus Konyugasi Vaksin) untuk mencegah penyakit pneumonia (radang paru) pada bayi dan balita.

“Kalau harus suntik secara mandiri di dokter spesialis, harga sekali suntik bisa sampai sejuta. Ayo ibu-ibu manfaatkan kesempatan ini. Kota Malang dapat prioritas untuk imunisasi PCV dari pemerintah,” ungkap Kadinkes Kota Malang dr Husnul Muarif melalui Pengelola Program Imunisasi, Endah Susyanty S.KM, Kamis (18/11).

Dijelaskan Endah, imunisasi PCV diberikan agar bayi terbebas dari penyakit pneumonia atau radang paru akibat bakteri Pneumokokus. Pemberiannya dilakukan tiga kali. Yakni ketika bayi berusia dua bulan, tiga bulan, dan 12 bulan.

Imunisasi PCV ini bisa dibilang melengkapi imunisasi dasar lengkap (DPT, BCG, Campak, dsb) yang memberikan perlindungan ganda dari penyakit pneumonia.

“Ayah bunda yang punya bayi usia di bawah 9 bulan, ajak bayinya ke fasilitas kesehatan di seluruh Kota Malang, tanpa syarat apa pun dan tanpa biaya apapun. Tentunya kondisi bayinya sehat dahulu. Karena syarat imunisasi ya tentu bayinya sehat,” ajak Endah.

Dalam pemberian imunisasi PCV ini, Endah mengingatkan bahwa petugas puskesmas nanti akan mengeluarkan jadwal imunisasi PCV. Jadwal itu berguna karena dalam imunisasi PCV minimal terkumpul 4 bayi dalam satu jadwal vaksin.

Harus ada minimal empat bayi dalam satu jadwal disebabkan satu vial (botol kecil) vaksin PCV diperuntukkan bagi empat (4) bayi.

“Nanti korim (koordinator imunisasi) tiap puskesmas akan mengatur jadwalnya. Ibu tinggal mendaftar dan menunggu jadwalnya saja,” jelas Endah.

Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis anak Dr dr Ery Olivianto Sp.A(K) menegaskan bahwa pneumonia alias radang paru adalah number one killer (pembunuh nomor satu) pada bayi dan balita di dunia.

“Angka kematian anak di dunia, 15 persen karena pneumonia. Ini number one killer bagi balita dan anak-anak,” tutur dokter Ery yang bertugas di Klinik Anak Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang.

Di RSSA sendiri, pada 2020 tercatat kasus pneumonia semua usia yang menjalani rawat inap sejumlah 271 pasien dan rawat jalan 95 pasien.

Sementara pada 2021 sampai Oktober 2021, yang menjalani rawat inap 195 pasien dan rawat jalan 75 pasien.

“Kalau di RSSA biasanya yang kasus berat. Saya yakin di rumah sakit lainnya yang kasus-kasus ringan masih banyak. Jadi penyakit ini patut diwaspadai,” tutur dr Ery yang merupakan konsultan respirologi ini.

Para ibu, lanjut dr Ery, sudah seharusnya mengetahui gejala awal serangan pneumonia pada bayi dan balita. Gejala utama adalah batuk dan demam. Lalu perhatikan nafas anak atau balita, cepat atau tidak, sesak atau tidak.

Bila anak kelihatan sesak, apalagi bayi malas minum, kejang, segera bawa ke dokter atau hubungi petugas puskesmas. Nanti dokter akan mendeteksi dan memastikan apakah ada serangan pneumonia atau tidak.

Untuk pencegahan serangan pneumonia, harus melihat faktor risiko terlebih dahulu. Janin yang lahir prematur, gizi buruk, atau tidak diberikan ASI ekslusif selama enam bulan punya risiko tinggi terserang pneumonia.

Lalu balita yang berada di ruangan dengan polusi udara, misal asap rokok juga rentan pneumonia. Bayi yang imunisasinya kurang lengkap, juga lebih rentan terserang pneumonia.
Selain menjaga lingkungan dan menjauhi faktor risiko, pencegahan pneumonia juga dengan imunisasi.

Ada beberapa jenis imunisasi yang bisa mencegah pneumonia pada anak. Antara lain imunisasi DPT (dipteri pertusis tetanus). Imunisasi pertusis itu mencegah infeksi saluran nafas penyebab pneumonia. Lalu imunisasi Campak. Penyakit Campak ini komplikasi yang paling mengerikan adalah pneumonia.

Lalu ada imunisasi influenza yang juga bisa mencegah pneumonia. Dan yang terbaru adalah imunisasi PCV yang mencegah bakteri Pneumokokus mengganas, bakteri penyebab utama pneumonia atau radang paru-paru.

“Pengalaman di negara lain, setelah pemberian vaksin PCV, kasus pneumonia turun. Di Indonesia baru mulai vaksinasi secara masal di puskesmas sekarang. Sehingga ini kesempatan yang bagus bagi para ibu dan balita untuk mendapatkannya secara gratis. Kalau bayar hampir sejutaan,” kata dr Ery.

Terkait darimana anak bisa mendapatkan bakteri Pneumokokus penyebab pneumonia? dr Ery menjelaskan bakteri Pneumokokus bisa didapat dari udara melalui saluran napas. Bisa juga ada orang batuk dan menyebarkan kuman ke udara. Celakanya anak menghirup udara itu dan masuk sampai ke paru-paru. Atau anak tertular dari droplet orang dewasa yang menyebarkan bakteri Pneumokokus.

“Tidak ada faktor keturunan dalam penyakit pneumonia. Belum tentu orang tua kena pneumonia, anak juga kena pneumonia. Kalau tertular mungkin bisa. Tetapi bukan keturunan,” jelasnya.(der)