Bencana Tanah Amblas di Kota Batu Belum Temui Solusi

Bencana tanah amblas yang terjadi di Kota Batu awal tahun 2019
Bencana tanah amblas yang terjadi di Kota Batu awal tahun 2019

MALANGVOICE – Angka bencana tanah amblas memang terbilang kecil di Kota Batu. Tapi, hal ini tetap perlu diwaspadai. Mengingat sepanjang tahun kejadian tersebut selalu menjadi pelengkap rekap bencana dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu.

Apalagi, jika dilihat dari kondisi topografi, Kota Batu termasuk daerah yang memiliki tingkat kerawanan bencana seperti tanah longsor yang cukup tinggi.

Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Kota Batu, Gatot Noegroho menjelaskan, setiap tahun memang angka bencana selalu terjadi penurunan.

Meski begitu, pihaknya tetap mengantisipasi berupa pencegahan sejak dini. Salah satunya dengan melakukan pelatihan dan edukasi desa Tanggap Bencana, seperti yang telah dilakukan di dua desa dan satu kelurahan dengan tingkat kerawanan bencana paling tinggi.

“Di Keluarahan Temas, Desa Junrejo dan Desa Sumberejo. Kami fokuskan ke tiga wilayah tersebut karena sering terjadi longsor dan banjir,” ujarnya.

Ia menambahkan sejauh ini, pencegahan tanah longsor dan juga banjir sudah dilakukan. Tapi, untuk persoalan tanah amblas upaya pencegahan dari BPBD Kota Batu masih belum menemukan solusi.

Sepanjang dua tahun terakhir sejak tahun 2017-2018 kemarin tercatat ada lima kasus tanah amblas. Kelurahan Sisir masih menjadi langganan fenomena yang kerap terjadi saat hujan deras tersebut.

“Kelurahan sisir, itu kan karena dulunya bekas galian C pasir dan tanah. Masih belum ada solusi, karena titik galian tanah saat itu masih belum diketahui.

“Kalau pun harus merubuhkan rumah warga, butuh biaya pengganti yang besar,” imbuhnya

Kendala lain yang menjadi persoalan berlarut-larut, pihak BPBD masih belum mendapatkan peta galian yang diperkirakan sudah terjadi sejak sebelum Kota Batu berdiri.

Menurut dia, dari data perizinan pun masih belum bisa diakses, di titik mana saja galian pada saat itu masih belum diketahui. Jika dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin jika musim hujan mendatang bakal ada lagi fenomena tanah amblas.

Perlu diketahui dari rekap kejadian tahun lalu, total ada 27 kejadian selama 2018. Berikutnya ada 25 kejadian angin kencang dan 14 kasus kebakaran hutan.

Selain itu ada dua kasus tanah ambles dan dua kasus puting beliung. Kemudian ada 16 kejadian darurat non bencana, yakni pohon tumbang dan dua pendaki tersesat. (Der/ulm)