Belum Tersentuh Bantuan Pemerintah, Warga Majangtengah Benahi Rumah Biaya Sendiri

Rumah warga belum tersentuh bantuan dari pemerintah di Desa Majang Tengah, Dampit (Istimewa).

MALANGVOICE – Pemerintah berjanji memberikan bantuan untuk biaya perbaikan kepada warga terdampak gempa bermagnitudo 6,1 yang terjadi di Kabupaten Malang, Sabtu (10/4) lalu.

Bantuan perbaikan rumah-rumah tersebut dijanjikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat melakukan kunjungan kerja (Kunker) ke Desa Majang Tengah, Dampit, Kamis (29/4).

Setiap rumah yang terdampak akan mendapat bantuan dengan beberapa kategori, yakni untuk rumah yang mengalami kerusakan kategori rusak berat sebesar Rp 50 juta, untuk rumah yang alami kerusakan sedang akan dibantu sebesar Rp 25 juta, dan rumah yang alami kerusakan ringan akan dibantu sebesar Rp 10 juta rupiah.

Akan tetapi, warga Desa Majang Tengah merasa hanya sebagai pemberian harapan semu, pasalnya warga setempat kerap kali dikunjungi pejabat negara namun tidak ada bantuan yang didapat.

Warga Majangtengah korban bencana gempa. (Istimewa)

Salah satunya adalah Yudi (43) warga RT 08 yang terdampak gempa, karena rumahnya sudah hancur dan rata dengan tanah. Hingga saat ini belum mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah maupun pusat.

“Hingga saat ini tidak ada sama sekali bantuan. Ini saya sampai bangun sendiri nyicil material. Bantuan cuma didata saja tapi belum hadir,” kata Yudi, sembari mengais puing-puing bangunan rumahnya.

Bahkan, Yudi memanfaatkan tenda yang dibuatnya untuk bermukim dari hujan dan panas. Sayangnya tenda itu tidak cukup untuk menampung seluruh keluarganya yang terdiri dari empat anak dan satu istri.

“Karena tidak cukup, dua anak saya yang sudah besar tinggal di saudara, dan dua anak lainnya dan istri tinggal sini sama saya,” tegasnya.

Hal yang sama juga diungkapkan Arifin (38), yang hingga saat ini belum ada bantuan yang masuk.

“Sampai sekarang belum ada informasi kalau ada bantuan yang datang,” katanya.

Arifin pun berharap agar bantuan berupa material bisa turun. Sehingga dia tidak lagi tidur berdesakan di tenda dengan warga terdampak lainnya di tenda.

“Di tenda sini biasanya tidur 17 KK (Kepala Keluarga). Saya harap supaya bisa turun,” tutupnya.(der)