Begini Jika Anggota DPRD Bermain Ludruk

Pementasan ludruk berlakon Sarip Tambak Oso di halaman DPRD Kabupaten Malang (Tika)
Pementasan ludruk berlakon Sarip Tambak Oso di halaman DPRD Kabupaten Malang (Tika)

MALANGVOICE – Apa jadinya jika para anggota DPRD Kabupaten Malang dan staf yang bekerja di sana bermain kesenian ludruk?

Tentu saja tetap mengocok perut dengan gaya yang khas dan penuh banyolan.

Seperti sore ini, beberapa anggota DPRD Kabupaten Malang membawakan ludruk dengan lakon Sarip Tambak Oso.

Beberapa anggota DPRD yang terlibat adalah Ketua DPRD Hari Sasongko yang berperan sebagai Gubernur era kolonial Belanda.

Sumarno, anggota Komisi A yang berperan sebagai Lurah Gedangan. Serta Rahmat Kartala sebagai pemuda yang menjadi tokoh utama, Sarip Tambak Oso.

Pementasan yang berkolaborasi dengan Sanggar Seni Dharmawijaya dibawakan dengan bahasa Jawa Timuran yang khas.

Tak ayal, akting mereka ini mengocok perut para penonton. Apalagi dibawakan dengan bahasa yang santai dan mudah dipahami.

Contohnya saja saat Lurah Dolly, Darbowo yang diperankan oleh Sumarno mengeluhkan gedung pemberian sang Gubernur yang tidak tahan lama.

“Gedung sing disukani Pak Kemantren ndak tahan lama. Namung tiga nopo sekawan sasi mawon pun rubuh,” keluh dia.

Dengan gaya yang khas, Hari Sasongko alias Kemantren alias Gubernur menjawab jika tidak ada bangunan yang tahan lama di Dolly.

“Awakmu eruh, ndik Dolly iku sedino onok lindu ping satus,” kata dia disambut gelak tawa penonton.

Pagelaran ludruk ini merupakan salah satu cara DPRD untuk merayakan ulang tahun Kabupaten Malang.

“Sudah dua tahun kami gelar. Nanti malam kepala dinas dan eksekutif yang tampil,” kata Hari saat berbincang dengan wartawan.