Baru 30 Desa Berstatus Desa Tangguh Bencana di Kabupaten Malang

BPBD bersama perangkat desa saat koordinasi persiapan Desa Tangguh Bencana (Destana). (ist)

MALANGVOICE – Kabupaten Malang dikenal sebagai tempatnya bencana. Mulai longsor, banjir, puting beliung, gempa bumi sampai gunung merapi. Hal tersebut disadari betul masyarakat dan pemerintah, sehingga pengetahuan akan bencana amat penting diberikan ke masyarakat.

Sayangnya, dari 378 desa di 33 kecamatan di Kabupaten, baru 30 desa yang berstatus Desa Tangguh Bencana (Destana). Satu di antaranya, yakni Desa Pandansari, Kecamatan Poncokusumo, sudah berstatus mandiri.

Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD, Joni Samsul Hadi, mengatakan, tahun ini tidak ada penambahan jumlah desa. Usulan BPBD dalam Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) pun gagal disetujui.

“Rencananya, tahun depan ada enam desa. Tahun ini kami tidak punya anggaran,” kata dia, kepada MVOice.

Destana nantinya akan diwujudkan melalui forum pengurangan risiko bencana. Terdapat 25 orang relawan dari masyarakat. Mereka akan mendapatkan pembekalan di dalam kelas dan simulasi kebencanaan. Meliputi, evakuasi, Pertolongan Pertama Pada Korban Kecelakaan (P3K), mendirikan dapur umum, posko, hunian sementara, manajemen bencana sampai menggunakan radio HT sebagai sarana komunikasi.

“Tujuannya, ketika ada bencana. Masyarakat mampu melakukan apa yang harus dilakukan. Tidak panik dan mementingkan diri sendiri,” ungkap dia.

Pihaknya menyadari tidak semua masyarakat paham akan manajemen bencana. Melalui Destana, ia berharap, perlahan masyarakat mulai sadar bahwa bencana tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi.

Joni mengakui, masyarakat yang mengalami sendiri dampak dari bencana, menyadari betul pentingnya ilmu dan pengetahuan seputar kebencanaan.

“Semula mereka tidak tahu mau berbuat apa. Setelah dapat pengetahuan kebencanaan, mereka sudah bisa melakukan perannya saat bencana terjadi. Terutama bagi relawan yang dibentuk setiap desa,” papar dia.(Der/Yei)