Banyak Folklore Jatim Bisa Jadi Tema Film

Guru Besar Antropologi Universitas Airlangga, Prof Dr L Dyson MA memaparkan materi dialog. (Muhammad Choirul)

MALANGVOICE – Kekayaan budaya dan cerita rakyat atau folklore di Jawa Timur (Jatim) bisa jadi tema menarik dalam dunia perfilman. Hal itu diungkapkan Guru Besar Antropologi Universitas Airlangga, Prof Dr L Dyson MA dalam Rakor Pengembangan Perfilman Jatim di Malang, Kamis (10/9) malam.

Pada sesi dialog ‘bagaimana mengemas folklore Jawa Timur menjadi tema yang menarik bagi dunia perfilman baik di tingkat lokal maupun nasional’ itu, Dyson menyebut beberapa folklore yang bisa difilmkan.

“Di Jember ada tradisi mendatangkan hujan dengan metode saling pukul masyarakatnya sampai berdarah-darah, ini menarik,” katanya.

Kisah lain, lanjut dia, tentang budaya Banyuwangi yang getol mempertahankan kesucian. Menurutnya, kisah itu relevan di angkat dewasa ini. Sebab, di era reformasi kesucian sudah banyak terdistorsi. “Yang benar jadi salah, yang salah jadi benar. Di Candi Penataran Blitar ada reliefnya soal Banyuwangi itu,” cetusnya.

Selain itu, ada lagi kisah Aji Soko yang memiliki nilai luhur. Folklore Aji Soko menyimpan pembelajaran tentang seorang pemimpin yang mau mengaku kesalahan, juga perubahan zaman dari tradisi lisan ke tulis, dengan munculnya aksara Jawa.

“Apakah sekarang ada pemimpin mau ngaku kalau salah? Jadi kisah-kisah dulu punya nilai luhur. Kita tahu bagaimana raja kalau punya salah hukumannya jauh lebih berat,” tandasnya.

Dalam Rakor yang digelar hingga 12 September lusa, sebanyak 114 peserta hadir, terdiri dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim, Dewan Kesenian Jatim, Dinas Kominfo Jatim, Dinas Pendidikan Jatim, Raka-raki Jatim, Duta Wisata kabupaten/kota se-Jatim, Bappeda Jatim, komunitas insan perfilman, mahasiswa, dan sejumlah undangan lain.-