Awas! Longsor Kepung Kota Batu

Longsor di Jalan Bromo gang VI RT03 RW12 Sisir Kota Batu. (Aziz Ramadani / MVoice)
Longsor di Jalan Bromo gang VI RT03 RW12 Sisir Kota Batu. (Aziz Ramadani / MVoice)

MALANGVOICE – Intensitas hujan yang terus tinggi berdampak becana longsor di Kota Batu. Sedikitnya ada empat titik longsor terjadi, sejak Senin (8/1).

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu mencatat peristiwa longsor terjadi di Jalur Payung 2 Songgoriti, Songgokerto (jalan penghubung Batu-Pujon), jalur Dusun Toyomerto, Pesanggrahan, Jalan Klemuk Songgoriti dan pemukiman warga di Jalan Bromo, Kelurahan Sisir. Serangkain peristiwa longsor ini terjadi rentang waktu mulai pukul 17.00 – 20.30 WIB.

Peristiwa di Kelurahan Sisir misalnya. Longsor menimpa halaman belakang rumah milik Yunani (67) beralamat Jalan Bromo gang VI RT03 RW12 Sisir Kota Batu. Akibat debit air DAS Brantas yang meninggi dan deras, plengsengan non teknis longsor. Diameter longsor tinggi 6 meter, lebar 7 meter dan ketebalan sekitar 3 meter.

“Kejadian sekitar habis maghrib. Terdengar gemuruh dan pas dilihat sudah longsor,” tutur Yunani ditemui di lokasi kejadian, Selasa (9/1).

Longsor hanya hitungan tiga langkah pria dewasa mendekati bangunan kamar mandi miliknya. Pihaknya kini dirundung cemas, sebab khawatir ada longsor susulan. Ia juga bingung akan mengungsi ke mana. Maka diputuskan tetap bertahan di rumah tersebut.

“Mau mengungsi juga kemana. Tapi ya mau bagaimana lagi,” tukasnya.

Terpisah, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu Achmad Choirur Rochiim mengatakan, beberapa peristiwa longsor terutama yang menyebabkan akses jalan terhambat langsung ditangani TRC BPBD Kota Batu. Bekerja sama TNI, Polres Batu, DPK Kota Batu serta DPUPR Kota Batu, RAPI dan relawan.

“Misal di jalur Payung 2 dan Toyomerto. Langsung ditangani tim agar tidak menghambat lalu lintas. Meminta bantuan Mobil Damkar untuk membersihkan jalan dari sisa material longsor agar tidak licin,” kata Rochiim.

Diakuinya, cuaca ekstrem dengan curah hujan yang tinggi menjadi faktor bencana. Ini mengakibatkan kontur tanah tidak stabil, terutama plengsengan non teknis. “Plengsengan jadi tidak kuat menahan derasnya air hujan yang mengalir,” tutupnya.(Der/Aka)