ATF Gelar Sarasehan Bahas Perwujudan Usaha Kolektor di Kota Batu

Suasana Sarah Sehan di Kantor ATF (Achmad Sulchan An Nauri)

MALANGVOICE – Among Tani Foundation (ATF) gelar sarasehan dengan bahasan bagaimana mewujudkan usaha kolektor di Kota Batu. Sarah sehan ini digelar di Kantor ATF, Senin (28/12).

Dihadiri Kolektor, Reno Halsamer yang telah memiliki lima museum di Kota Batu, Lamongan dan Yogyakarta. Juga Arkeolog, Dwi Cahyono turut serta menghadiri sarah sehan tersebut. Keduanya hadir sebagai pemateri dalam acara itu.

“Acara ini merupakan acara yang tidak biasa karena yang dibahas bukan barang yang biasa yakni barang antik,” jelas Dwi Cahyono. Ia mengatakan barang bisa dikatakan antik jika telah berusia lama dengan kisaran waktu minimal 50 tahun.

Selain usia barang, nilai dibaliknya juga merupakan poin penting agar barang itu bisa dikatakan antik. Sehingga disini diperlukan pemaknaan yang digarap melalui narasi yang dilakukan dengan riset mendalam.

“Barang antik ini juga bisa dikatakan sebagai heritage,” lanjutnya. Ia menjelaskannya lebih dalam, bahwa heritage saat ini oleh PPPI telah diartikan sebagai pusaka.

Ada tiga macam pusaka, yakni pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana. “Di sini Kota Batu mempunyai ketiganya yang harus dilestarikan dan dimanfaatkan,” ungkapnya.

Namun, ia menilai bahwa Pemkot Batu terlalu tertumpu pada pembangunan wisata artifisial atau buatan. Sehingga pusaka yang dimiliki Kota Batu tidak terlalu diperhatikan.

Hal itu terbukti bahwa di Kota Batu tidak memiliki Perda Cagar Budaya. Juga Tenaga Ahli Cagar Budaya (TACB).

“Hal ini membuat pelsetarian yakni konservasi dan preservasi serta pemanfaatan pusaka di Kota Batu sulit dilakukan,” jelasnya. Karena tidak ada regulasi yang mengatur serta tidak ada penegak hukumnya.

Sementara itu, Reno Halmaser mengatakan bahwa Kota Batu harus memiliki wadah untuk komunitas kolektor berkumpul. Ia sudah menggagas ide untuk membuat wadah komunitas koleltor ini di Songgoriti.

“Hal ini sebagai perwujudan usaha kolektor di Kota Batu ini sesuai dengan tema acara ini,” jelasnya. Dengan adanya wadah itu ia mengatakan bahwa wadah itu dapat menjadi destinasi wisata baru.

Ia mencontohkan di Solo yang mempunyai Pasar Klitikan yang sudah terkenal. “Saya rasa Kota Batu kalau ingin punya pasar barang antikan sangat cocok,” jelasnya.

Dikarenakan peradaban Kota Batu merupakan peradaban tua yang diperkirakan sudah ada sejak zaman Mpu Sindok hingga menjadi tempat peristirahatan pada zaman kolonial. “Maka dari itu wadah ini menjadi cocok bagi Kota Batu untuk mengenang sejarah dan benda-benda masa silam,” tandasnya.(der)