Angka Gizi Buruk Tinggi, Ini Penyebabnya…

Prof Nuhfil
Prof Nuhfil (anja)

MALANGVOICE – Berdasar Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI pada 2013, jumlah balita gizi buruk masih sebesar 19,6 persen. Padahal Indonesia merupakan salah satu negara aman pangan.

Pakar ketahanan pangan Fakultas Pertanian UB, Prof Nuhfil Hanani, mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan angka gizi buruk di Indonesia masih relatif tinggi.

Salah satu faktor yang menyebabkan adalah tidak tercukupinya aspek ketersediaan pangan yang tergantung pada pendapatan atau income, harga, dan distribusi.

“Kalau ketiga hal itu tidak terpenuhi, pasti akan terjadi gizi buruk. Bisa saya contohkan, daerah-daerah terpencil dan terisolasi akan terhambat dalam proses pendistribusian pangannya, sehingga akan terjadi gizi buruk,” katanya.

Untuk mengatasi hal itu, menurut Prof Nuhfil, perlu dibangun lembaga sistem kewaspadaan pangan dan gizi. Lembaga itu akan memonitor ibu hamil dan berat badan bayi.

Program pembangunan ketahanan pangan juga mengatur bagaimana kebijakan peningkatan kecukupan pangan dan status gizi masyarakat, antara lain dilakukan dengan pemetaan dan penanganan daerah rawan pangan, pemberdayaan ekonomi masyarakat rawan pangan melalui pengembangan usaha-usaha produktif atau penciptaan lapangan kerja dengan pembangunan infrastruktur pedesaan berbasiskan padat karya, serta peningkatan peran serta badan usaha, kelompok sosial, dan keagamaan untuk penanganan masyarakat rawan pangan.