Ahan: Pemilih Cerdas Untuk Pemilu Berintegritas

Ahan Syarul Arifin. (Istimewa)

MALANGVOICE – Tahapan kampanye pemilu serentak 2019 telah berjalan kurang lebih tiga bulan, namun pengetahuan masyarakat awam tentang pemilu dirasa cukup minim. Diperlukan sosialisasi yang lebih masif oleh penyelenggara agar masyarakat tahu dan paham tentang model pemilu yang pertamakali diselenggarakan di Indonesia tersebut.

Hal itu dikatakan Pengurus Pusat Angkatan Muda Partai Golkar, Ahan Syahrul Arifin, dalam rilis resmi yang diterima MVoice, Kamis (20/12/2018). Menurutnya, pengetahuan masyarakat akan menjadi bahan baku peningkatan kualitas demokrasi di Indonesia.

“Dengan jumlah lima surat suara pada pemilu mendatang, masyarakat juga dituntut untuk jeli memilih. Jangan sampai beli kucing dalam kardus,” tandasnya.

Menurut Ahan, prasyarat dari hasil pemilu yang dapat dipertanggungjawabkan selain pada penyelanggara dan pengawas pemilu yang paten dalam melaksanakan kaidah dan aturan.

Faktor utama yang tak kalah penting adalah pengetahuan dan wawasan pemilih dalam bilik suara nanti. Pengetahuan tersebut mencakup sistem pemilu, peserta pemilu dan utamanya si caleg.

“Pemilih cerdas tentu akan menitipkan amanah 5 tahun proses pengambilan kebijakan di setiap tingkatan pada orang-orang yang tepat, kompeten dan tentunya dikenal baik oleh masyarakat,” ujarnya lagi.

Setiap caleg, lanjut dia, juga perlu untuk mensosialisasikan metode pemilu serentak tersebut, sehingga masyarakat tidak juga kebingungan ketika masuk bilik suara di TPS.

Dengan model keserentakan ini, KPU dan Bawaslu mendapatkan tugas yang begitu berat untuk memberitahu kepada publik bagaimana proses pencoblosan dilaksanakan.

“Bagi pemilih muda ataupun berpendidikan, tentunya mendapatkan 5 kertas suara pada hari pencoblosan tidak terlalu sulit meskipun ribet, namun bagaimana dengan mereka yang lanjut usia,” tegas lulusan Universitas Muhammadiyah Malang ini.

Ahan menuturkan, ini bukan perkara yang sepele. Untuk itu sosialisasi menjadi sangat mendesak. Apalagi dengan dinamika serta persaingan merebut simpati yang tinggi.

“Pemilih pada akhirnya, dituntut untuk bisa dan mencari tahu siapa yang terbaik untuk jadi wakilnya,” pungkasnya.(Hmz/Aka)