Waduh, Ada Oknum Suporter Berulah di Semeru Art Gallery

Pelukis Dandung Prasetyo menujukkan luka di pelipis kanan. (deny)

MALANGVOICE – Tindakan tidak terpuji segerombolan oknum suporter Jumat malam kemarin terjadi jelang laga Arema kontra Mitra Kukar di Stadion Gajayana.

Sekitar 50 pemuda menggunakan atribut biru Arema menyerang Semeru Art Gallery. Akibatnya, Dandung Prasetyo (53) tahun jadi korban.

Seniman ini mengalami robek di pelipis kanan akibat dianiaya oknum tak dikenal.

Dandung menunjukkan helm yang di pecah (Deny)
Dandung menunjukkan helm yang di pecah (Deny)

Kepada wartawan, pelukis itu menceritakan pengalaman pahitnya. Saat itu ia sedang berada di gallery belakang bersama seorang teman, Indra Setiawan (25), membahas beberapa acara yang akan digelar.

Mendadak, sekitar pukul 20.00 WIB, terdengar gerombolan orang masuk ke dalam ruang pamer di depan.

“Jumlahnya sekitar 50 orang, masih kecil-kecil seperti anak SMA. Ada yang pakai kostum, ada juga yang bawa spanduk,” katanya sambil mencoba mengingat, Sabtu (1/10).

Sketsel untuk pameran yang dijebol (Deny)
Sketsel untuk pameran yang dijebol (Deny)

Dandung lalu menanyakan maksud dan tujuan gerombolan itu masuk ke tempatnya tanpa izin. Sempat terjadi cekcok namun massa tak bisa dikendalikan. Indra dan Dandung hanya berdua saja, tak ada kawan lain.

“Saya tak mampu menenangkan massa, mereka emosi karena mengaku dihina orang di atas bagian cafe,” lanjutnya.

Memang, di lantai tiga Semeru Art Gallery, tersedia cafe. Banyak musisi atau mahasiswa nongkrong di situ. Namun, tuduhan ada penghinaan atau ucapan yang menyinggung gerombolan itu tak bisa dibuktikan.

“Ngapain juga orang di atas itu misuhi mereka, gak ada masalah apa-apa,” katanya.

Tak lama, cekcok mulut itu berakhir dengan kerusuhan. Satu pemuda tinggi, berkulit putih, kata Dandung, memukulnya dari arah depan. Ia tersungkur sambil memegangi pelipis agar darahnya tak mengucur deras.

Remaja lain ikutan terpancing emosi. Pintu engsel dirusak, sketsel untuk pameran dijebol dan helm milik Dandung dipecah.

“Setelah itu mereka kabur begitu saja. Saya juga sempat emosi, tapi tak fokus, karena kesakitan,” ujarnya sambil melihatkan bekas luka.

Dari kejadian itu, Dandung mengaku sangat menyesali. Gambaran suporter cinta damai seketika melebur saat itu juga. Bayangannya berubah jadi virus yang merusak. Namun Dandung enggan melaporkan hal itu ke polisi.

Kini, ia hanya pasrah dan berharap kejadian itu tak menimpa dirinya atau orang lain. Ia juga menyarankan agar pertandingan sepak bola tidak dimainkan di Stadion Gajayana lagi.

“Sudah benar main di Kanjuruhan, malah dipindah ke sini yang tempatnya sempit dan padat. Jelas akan ada banyak gesekan. Kasus ini jangan sampai terulang lagi,” harapnya.