Survei Pilkada Batu 2017: Pemilih Pertimbangkan Figur Ketimbang Parpol

Wawan Sobari menerangkan (anja)

MALANGVOICE – Ada penemuan menarik pada hasil survei Pilkada Kota Batu 2017 yang dilakukan oleh Laboratorium Ilmu Politik dan Rekayasa Kebijakan (Lapora) Prodi Ilmu Politik Universitas Brawijaya (UB).

Dari 450 responden rentang usia 20-60 tahun, ditemukan bahwa ada beberapa hal yang dipertimbangkan sebelum menentukan pilihan. Tujuan survei terutama untuk menguji kekuatan figur dan loyalitas masyarakat pada partai dukungannya.

“Ketika suatu parpol dukungan masyarakat mengusung cawali tertentu, ternyata belum tentu masyarakat memilih cawali (calon walikota) itu. Terbukti, 62.1 persen masyarakat memilih karena melihat figur calon terlebih dahulu, baru 23.4 persen memilih calon yang diajukan partai tersebut,” kata praktisi survey Lapora, Wawan Sobari PhD, di gedung Fisip UB, siang ini.

Dia menambahkan, kriteria seorang figur cawali ideal menurut masyarakat adalah yang punya sifat merakyat dan toleran.

“Iya 47.8 persen responden ingin walikotanya merakyat. Bagi mereka, merakyat itu sudah cukup karena tidak ada lagi batasan atau jarak antara elit pejabat dan masyarakat. Cawali juga harus toleran,” paparnya lagi.

Selanjutnya 14.0 persen cawali ideal harus jujur dan bisa merangkul semua kalangan.

Meski demikian, ketika masyarakat menemukan cawali yang merakyat. Pertimbangan mereka memilih tetap berdasarkan pada kemampuan memimpin dan isi visi/misi dan program cawali.

” Soal agama juga tidak jadi pertimbangan. Hanya 10% saja yang mempertimbangkan agama. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Batu toleran dengan berbagai macam Latar belakang agama calon,” Imbuhnya.

Wawan menyimpulkan, meski sosok figur penting, peran parpol juga tidak bisa dikesampingkan karena parpol lah yang mengusung calon.

“Artinya peran parpol masih dominan. Figur-figur yang muncul tertutama yang punya popularitas dan elektabilitas masih berkaitan dengan parpol,” simpulnya