Siswi Tuna Grahita Adu Tangkas Bocce

O2SN dan FLS2N PKLK Provinsi Jatim di Kota Batu

Kontingen asal Kabupaten Jember saat mengikuti cabor bocce dalam gelaran O2SN Jatim 2017 di Stadion Brantas Kota Batu, Kamis (3/8). (Aziz Ramadani)
Kontingen asal Kabupaten Jember saat mengikuti cabor bocce dalam gelaran O2SN Jatim 2017 di Stadion Brantas Kota Batu, Kamis (3/8). (Aziz Ramadani)

MALANGVOICE – Puluhan siswi downsyndrome atau tuna grahita adu tangkas melempar bola bocce, di Stadion Brantas Kota Batu, Kamis (3/8). Bocce adalah satu dari total 3 cabang olahraga untuk siswa berkebutuhan khusus yang dipertandingkan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) Pemprov Jatim 2017.

Kasi Kurikulum bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK) Dinas Pendidikan Provinsi Jatim, Ahsan Romadlon mengatakan, permainan Bocce ada dua jenis bola, yaitu berukuran kecil dan besar. Bola kecil warna putih dilempar terlebih dahulu di sebuah area atau lapangan berumput sebagai sasaran. Kemudian, di lapangan itu ada batas untuk pelempar bola. Dua peserta yang saling berhadapan berlomba melemparkan bola yang berukuran besar agar mengenai atau mendekati sasaran.

“Nah, jika pelempar bisa melemparkan bola besar mendekati atau mengenai sasaran, tim akan mendapat poin,” jelas Ahsan ditemui MVoice disela-sela kegiatan.

Saat melempar bola berukuran besar, lanjut Ahsan, posisi si pelempar harus agak sedikit menunduk hingga sekitar 45 derajat, dengan posisi kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang.

Untuk melempar bola, pelempar bergerak satu langkah ke depan. Posisi dan gerakan ini seperti melempar bola dalam permainan bowling. “Pelempar tidak diperbolehkan melempar bola dengan posisi badan tegak. Bila hal itu dilakukan dianggap kesalahan dan poin diberikan kepada lawan,” sambung dia.

Baca juga: Ratusan Siswa Difabel Ikuti Olimpiade di Kota Batu

Pada permainan Bocce, masih kata Ahsan, ada kombinasi antara permainan dan gerak-gerak tubuh yang bermanfaat untuk merangsang saraf dan gerakan motorik tubuh. Bocce bisa melatih motorik tangan dan kaki, mengasah konsentrasi, latihan bersosialisasi dan kerja sama.

“Jadi olahraga ini pas dengan karakteristik downsyndrom atau
tuna grahita. Tidak perlu konsentrasi tinggi dan cara permainannya pun sederhana,” pungkasnya.


Reporter: Aziz Ramadani
Editor: Deny Rahmawan
Publisher: Yunus Zakaria