Sekolah Inklusi, Sistem Pendidikan Mutakhir Bagi Anak Autis

Belajar di kelas sekolah inklusi (anja)
Belajar di kelas sekolah inklusi (anja)

MALANGVOICE – Sistem pendidikan paling mutakhir bagi anak dengan autisme adalah inklusi, yaitu layanan pendidikan yang menyertakan semua anak, termasuk anak-anak berkebutuhan khusus atau ABK, dalam proses pembelajaran yang sama.

Pendidikan inklusi berbeda dengan pendidikan khusus anak berkebutuhan, di mana ABK dipisahkan dari siswa umum.

Salah satu sekolah di Kota Malang yang menerapkan sistem inklusi adalah Sekolah Dasar Anak Saleh di Jalan Arumba. Sejak 2011 lalu, sekolah ini telah menerima 20 lebih ABK dan meluluskan beberapa.

Wakasek kesiswaan, Noor Jehhan MPdi, mengatakan, semakin hari jumlah kelahiran anak berkebutuhan khusus semakin banyak. Hal itu juga dipengaruhi oleh faktor makanan dan lingkungan. Oleh karena itu institusi pendidikan tidak boleh menutup mata.

“Di luar negeri sekolah inklusi ini sudah lama diterapkan. Di Indonesia masih termasuk telat. Alhamdulillah sekolah kami sudah melalui tahap ini. ABK mempunya potensi dan prestasi yang besar juga. Harus diperhatikan,” tandasnya.

Saat ini, SD Anak Saleh mendidik ABK yang memiliki kesulitan belajar, autisme, hiperaktif, dan ADHD.

“Sayangnya kami belum menerima ABK dengan ketunaan. Soalnya belum cukup SDM dari guru,” katanya.

Dijelaskan, sekolah menyediakan 1 guru terapis, 1 guru pendamping khusus, dan 10 guru pendamping atau disebut shadow. Dalam 1 kelas, maksimal ada 3 ABK.

“Setidaknya ada tiga siswa tapi kebutuhan khususnya berbeda. Atau dua siswa kebutuhan khususnya berbeda. Jangan hiperaktif ketemu hiperaktif, bisa kerepotan gurunya. Kasihan juga siswa lainnya,” katanya.

Untuk menyiapkan guru, sekolah selalu memberikan pelatihan dan mengirim guru mengikuti workshop. Harapannya guru bisa mengenali ciri ABK dan peka dengan pola perilaku ABK.

Ia sedikit bercerita, pada saat awal program inklusi dibuka 2011 lalu, wali murid sempat protes karena takut anak mereka tertular penyakit.

“Kami tegaskan, ABK itu mengalami kelainan yang sifatnya gifted atau memang kelainan sejak lahir. Jadi tidak menular. Harapannya orangtua, siswa juga bisa menerima kehadiran siswa dengan kebutuhan spesial dan memberikan kasih sayang yang sama,” lanjutnya.

Salah satu siswa dengan ADHD, lanjutnya, pernah ditolak dari sekolah-sekolah lain karena kelainannya. Ternyata anak itu punya potensi luar biasa fasih berbahasa Inggris dan pandai mengoperasikan komputer.

“Bukti bahwa ABK pun punya potensi yang tidak kalah besarnya dengan siswa lain,” tutupnya