Sambut HUT ke-103, PT Sampoerna Latih Warga Pandansari Tanggap Bencana

Simulasi tanggap darurat bencana di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.

MALANGVOICE – Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-103, PT HM Sampoerna Tbk melatih 150 Kepala Keluarga (KK) Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, tanggap darurat bencana.

Desa Pandansari berada di lereng Gunung Kelud atau berjarak 7-10 kilometer. Gunung Kelud merupakan gunung berapi dengan karakteristik letusan yang eksplosif. Pada 2014 lalu gunung tersebut meletus.

Regional Relation and CSR Manager PT HM Sampoerna, Arief Triastika, mengatakan, pelatihan dan simulasi tanggap darurat bencana berlangsung 12-13 Agustus. Sampoerna ikut andil dalam meminimalisasi resiko bencana, terutama di daerah rawan bencana.

“Bentuk kontribusi bagi negeri, kami melatih warga tanggap bencana. Kami menggandeng BPBD, pemerintah dan kelompok usaha setempat,” kata dia, Sabtu (13/8).

Simulasi tanggap darurat bencana di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.2Program pengurangan risiko bencana, kata dia, salah satu dari empat program pokok PT HM Sampoerna. Yaitu pemberdayaan perempuan, kelompok usaha dan akses ke dunia pendidikan.

Pada program ini, PT HM Sampoerna bersama Mitra Produksi Sigaret (MPS)-KUD Sumber Makmur Ngantang, juga membangun posko evakuasi dan infrastruktur penunjuk jalan evakuasi.

“Ini awal kami simulasi tanggap bencana. Kami berharap Desa Pandansari jadi model mitigasi dan tanggap bencana di daerah lainnya dan menjadi program berkelanjutan,” jelasnya.

Mulai Bulan Juli sampai Agustus 2016, lebih 5000 warga merasakan manfaat dari program Sampoerna untuk Indonesia.

Direktur MPS-KUD Sumber Makmur Ngantang, Budi Yuwono, mengungkapkan, simulasi tanggap darurat bencana meliputi dasar tanggap bencana, yakni sistem komunikasi dan informasi bencana, prosedur evakuasi, dan upaya pertolongan pertama.

Pelatihan ini mendapat sambutan positif dari masyarakat sekitar. Diharapkan usai pelatihan warga tanggap bencana sapat menularkan ke desa lainnya.

“Di sini masyarakat desa, jadi pengetahuan akan bencana sangat kurang. Terbukti saat Gunung Kelud meletus 2014 lalu, warga justru berbondong-bondong dan tidak tahu harus melakukan apa,” ungkap warga Ngantang ini.