Resiko Nyata Berhubungan Seks dengan Pengidap HIV

charlie sheen dan pengakuannya akan HIV (hiphopcleveland.com)

MALANGVOICE – Charliee Sheen merupakan aktor kenamaan Hollywood yang baru-baru ini mengakui bahwa ia didiagnosa positive HIV. Selasa pagi pekan lalu ia menjelaskan fakta itu pada acara Today Show’. Ia mengaku, ‘tidak mungkin’ ia menularkan virus HIV kepada pasangan seksnya.

Sheen memiliki viral load yang tidak terdeteksi. Artinya, dia menjalani perawatan dan virus HIV itu tidak bisa ditemukan dalam darahnya.

Dia telah menceritakan tentang diagnosisnya kepada pasangan seksualnya, sebelum melakukan seks, dan dia telah berhubungan seks tanpa kondom dengan dua orang sejak didiagnosa.

Benarkah HIV tidak bisa ditularkan ketika virus tidak terdeteksi?

Robert Huizenga MD, profesor kedokteran klinis di University of California, Los Angeles, yang menangani Sheen, hadir bersama sang aktor untuk menjelaskan bahwa Sheen telah melakukan pengobatan dengan obat anti-virus (ARV) sesuai diagnosisnya.

Huizenga mengatakan, penularan virus HIV sangat jarang pada orang-orang yang memiliki viral load yang tak terdeteksi dan menggunakan kondom dengan baik.

“Kami tidak bisa berkata bahwa itu nol, tetapi jumlahnya sangat sangat rendah,” katanya.

Seberapa rendah? Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan selama 6 tahun, mengikuti lebih dari 1100 pasangan di mana satu dari pasangan tersebut positif HIV.

Penelitian ini menemukan, pengobatan antivirus (ARV) dini bisa mengurangi resiko penularan sebesar 93 persen.

Studi lain, yang saat ini memasuki tahun kedua, sejauh ini menemukan nol kasus penularan pada pasangan seks. Bahkan beberapa dari pasangan tersebut tidak menggunakan kondom.

Tetapi “viral load yang tak terdeteksi” hanya mengacu pada tingkat virus dalam darah seseorang saja.

Virus itu mungkin masih bisa ditemukan dalam cairan genital seperti semen, cairan pra-ejakulasi, dan cairan vagina. Itu sebabnya para ahli merekomendasikan bahwa orang dengan HIV harus menggunakan kondom ketika melakukan berbagai macam seks, vagina, anal, atau oral. (Ya, seks oral juga termasuk)

Bagaimanapun, sebagian pasangan pengidap HIV memang tidak menggunakan kondom, sebagian karena adanya pil pencegah yang disebut Truvada, yang lebih dikenal dengan pre-exposure prophylaxis (PrEP).

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal JAMA Internal Medicine, para peneliti di klinik infeksi menular seksual menyediakan PrEP kepada 437 laki-laki dan wanita transgender yang berhubungan seks dengan laki-laki dari populasi beresiko tinggi terinfeksi HIV.

Setelah satu tahun, hanya dua dari mereka yang tertular HIV dan mereka berdua merupakan orang-orang yang dosis obat dalam darah mereka rendah. Hal itu menunjukkan bahwa mereka hanya mengonsumsi setengah dari dosis yang dianjurkan. Kemungkinan lain mereka kurang peduli tentang seks aman menggunakan kondom dengan pasangan yang positif HIV.

Saat ini Human Immunodeficiency Virus (HIV) memang tidak lagi ditakuti seperti di era 80-an atau 90-an.

Bahkan, dokter Sheen mengatakan dia lebih khawatir tentang perlakuan yang akan didapat pasiennya daripada virus itu sendiri.Terutama perlakuan yang didapat dari orang lain dan depresi dari penyakit tersebut.

Namun, tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS, tahap akhir dari infeksi ini. Kesimpulannya, waspadalah!

sumber: the cut