Potret Mahasiswa Saat Ini

Oleh: Amran Umar *)

Pada era pasca reformasi ini, bisa dikatakan daya kritis mahasiswa semakin hari kian tenggelam, bahkan eksistensinya sebagai agent of change serta agent social of controlnya kian meredup. Itu semua tak terlepas dari kemajuan zaman.

Saat ini, diakui atau tidak, mahasiswa sudah mulai apatis terhadap kondisi lingkungan sekitar, padahal nantinya akan berakibat fatal, baik untuk individu mahasiswa itu, maupun masyarakat luas. Sebelumnya saya jelaskan beberapa karakter kehidupan mahasiswa yang sering saya jumpai saat ini:

1. Mahasiswa Akademisi: biasanya melihat kesuksesan dari parameter nilai atau indeks prestasi kumulatif (IPK), sehingga keseharianya hanya memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan nilai bagus tanpa memikirkan kondisi lingkungan sekitarnya.

2. Mahasiswa Hedonis: seiring perkembangan zaman, kini banyak kita temukan mahasiswa yang kerjaanya hanya senang-senang, sukanya di pusat perbelanjaan seperti mall. Mereka tidak terlalu memikirkan kuliahnya, apalagi memikirkan realita yang ada disekitarnya. Yang ada pada pikiran mereka, yang penting happy!

3. Mahasiswa Aktifis: mahasiswa tipe ini tidak hanya memikirkan kuliah, tapi juga memiliki daya kritis terhadap kebijakan apapun, yang pada kalau merugikan masyarakat, mereka dengan suara lantang menentangnyam dan senantiasa berusaha menegakkan keadilan dan sebagainya.

ah,Nah, untuk tipe terakhir ini jumlahnya sudah mulai berkurang, karena kebanyakan mahasiswa saat ini lebih memilih game online dibanding berdiskusi dan membaca realita yang ada di masyarakat.

Melihat beberapa karakter mahasiswa di atas, maka yang banyak kita jumpai saat ini adalah mahasiswa yang hedonis, yang tak jarang bolos kuliah hanya untuk bersenang-senang di mall, hura-hura, bahkan terlibat kebiasaan negatif yang sebenarnya justru merugikan dan merusak masa depan mereka kelak.

Mereka tak peduli bagaimana nasibnya sebagai mahasiswa, tak peduli akan IPK, apalagi memikirkan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya.

Itulah potret mahasiswa saat ini. Mereka jarang membaca, jarang berdiskusi mengenai ilmu pengetahuan, apalagi menulis. Bila mahasiswa saat ini kebanyakan seperti itu, lalu apa yang terjadi sepuluh tahun yang akan datang? Bukankah para mahasiswa itu calon pemimpin masa depan?

Peran Perguruan Tinggi

Kampus yang sejatinya menjadi surga bagi kaum intelektual, kini berubah menjadi tempat yang menyeramkan bagi mereka yang kehidupanya penuh kesenagan. Artinya, kampus sebagai tempat mencari ilmu, seharusnya berperan sangat besar merubah karakter mahasiswa, bagaimana Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidkan, penelitian dan pengabdian masyarakat) harus benar-benar diterapkan, juga melatih mahasiswa dengan kemampuan soft skillnya.

Berdasar fenomena saat ini, mahasiswa hanya dituntut untuk mengerjakan tugas, tugas dan tugas, dengan mendewakan IPK, sehingga yang terjadi, saat mahasiswanya lulus, justru tidak pernah tau bagaimana caranya menghadapi dunia nyata di masyarakat, tidak siap terjun ke masyarakat karena tidak memiliki bekal menerima kenyataan, serta tidak pernah diajarkan bagaimana cara berkomunikasi yang baik saat mengahadapi masyarakat yang berlatar belakang pendidkan berbeda.

Dalam kehidupan kampus misalnya, mahasiswa seharusnya mulai belajar mengambil peran kepemimpinan di berbagai organisasi yang ada. Karena, dengan adanya semangat dan tekad membara serta didikan yang baik, tidak mendewakan IPK, nantinya akan melahirkan insan-insan ideologis yang menjadi aset penting bagi bangsa serta menempati pos-pos kepemimpinan strategis di negeri ini.

Semangat dan idealisme yang kuat saat ini akan menjelma sebagai kekuatan untuk mengontrol kebijakan-kebijakan pelayanan publik yang ada, sehingga manakala ada kebijakan publik yang menyeleweng, tidak pro rakyat, mahasiswa dapat mengambil peran penting untuk menjelaskan dan meminta pertanggungjawaban dari pihak terkait, karena ada sebuah kebenaran dan keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Karena mahasiswa harus ksatria, siap membela manakala ada hak-hak rakyat yang tertindas. Dari identitas dirinya, mahasiswa harus mempunyai tanggung jawab intelektual, tanggung jawab sosial, dan tanggung jawab moral pada masyarakat, sebagai pertanggungan jawabnya sebagai kaum terdidik.

*) Ketua Komisariat PMII Unisma