PMR Peniwen, Pahlawan Kabupaten Malang pada Agresi Militer Belanda II

Monumen Peniwen di Kromengan
Monumen Peniwen di Kromengan

MALANGVOICE – Pahlawan Palang Merah Remaja (PMR) Peniwen, mungkin tidak banyak orang yang tahu. Catatan sejarah juga tidak menceritakan bagaimana perjuangan para anggota PMR asal Desa Peniwen, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang.

Bahkan, kisah mereka memang tidak banyak dibukukan di pelajaran sejarah atau catatan. Meski begitu, pengorbanan mereka patut dikenang dan dihargai.

Ada satu monumen yang menjadi bukti perjuangan anggota PMR Peniwen yang gugur memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Monumen Peniwen Affair dibangun tahun 1983 oleh Edi Slamet, Bupati Malang kala itu.

Bagian bawah monumen itu terdapat 12 nama pahlawan anggota PMR yang gugur dan lima rakyat yang turut meninggal karena kekejaman anggota KNIL (Koninklijke Nederlands Indische Leger), saat Agresi Militer Belanda II pada 1949.

KNIL bisa diartikan sebagai tentara kerajaan Hindia Belanda.

Nama-nama yang tercantum dari pahlawan adalah Matsait, Slamet Ponidjo Inswihardjo, Soejono Inswihardjo, Soegianto, J.W Paindono, Wiyarno, Kodori, Sowan, Said, Soedono, Roby Andris, dan Nakrowi.

Sementara nama dari rakyat yang turut meninggal adalah Wagimo, Rantiman, Twiandoyo, Sriadji dan Kemis.

Tidak jauh dari lokasi monumen, terdapat makam bahagia, tempat istirahat terakhir anggota PMR yang gugur.

Berdasarkan literatur dari Markas PMI Kabupaten Malang, pahlawan PMR Peniwen, telah mendapat penghargaan dari The International Commitee Of the Red Cross (ICRC) atau Komite Palang Merah Internasional karena dedikasi mereka terhadap palang merah.

Monumen ini sempat diresmikan oleh Ketua Palang Merah Indonesia (PMI), HM Jusuf Kalla pada Tahun 2010.