PMI Kab Malang Gelar Doa Bersama untuk Relawan yang Terbunuh Belanda

Doa bersama relawan PMI di Pendopo Turen (Tika)
Doa bersama relawan PMI di Pendopo Turen (Tika)

MALANGVOICE – Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Malang menggelar doa bersama, Minggu (19/2) di Pendopo Kecamatan Turen, memperingati tragedi terbunuhnya relawan Palang Merah Remaja (PMR) di Peniwen, Kromengan, Kabupaten Malang, yang terbunuh saat Agresi Militer Belanda, 19 Februari 1949.

Peringatan yang dilakukan secara sederhana ini dihadiri ratusan anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan Korps Sukarela (KSR) PMI Kecamatan Turen.

Ketua KSR PMI Turen, Wawan Supriadi menjelaskan, kegiatan ini sekaligus untuk memeringati ulang tahun ke 33 KSR.

Dia menambahkan, selama 33 tahun ini anggota KSR PMI Kecamatan Turen telah terlibat dalam berbagai operasi penanganan bencana alam dan kegiatan kemanusiaan lainnya.

Sementara itu, Pengurus PMI Kabupaten Malang Bidang Informasi dan Komunikasi, Immanudin menjelaskan Kabupaten Malang merupakan daerah rawan bencana yang membutuhkan payung hukum untuk perlindungan bagi para relawan.

Immanudi menambahkan, Monumen Peniwen Affair merupakan satu-satunya monumen PMR di Indonesia.

“Monumen Peniwen Affair satu dari dua monumen Palang Merah yang diakui secara internasional,” imbuh dia.

Sebagai informasi, Monumen Peniwen Affair didirikan untuk mengenang 12 anggota PMR serta beberapa anggota masyarakat Peniwen yang terbunuh saat Agresi Militer Belanda II. Ketika kejadian naas itu, PMR tengah bertugas merawat pasien di RS Panti Husada.

Terbunuhnya anggota PMR ini dilaporkan Pendeta Martodipuro ke Dewan Gereja Dunia atau World Council of Churcheske.

Kemudian, Prancis, Swiss, Argentina, Jerman dan Inggris memberika dukungan dan menekan Belanda untuk menghentikan agresi militer. Pasalmha, militer Belanda melanggar Konvensi Jenewa 1949, atau melakukan kejahatan perang.

Monumen berdiri atas prakarsa Bupati Malang, Edy Slamet, diresmikan Pengurus Besar PMI, Marsekal Muda Dr Sutojo Sumadimedja pada 10 November 1983.

“Kemudian, pada 15 Januari 2011 Ketua PMI waktu itu, Jusuf Kalla meresmikan lokasi terbunuhnya anggota PMR menjadi Jalan PMR,” tandas dia.