Perubahan Agenda Porprov Rawan Pembajakan Atlet

Ketua KONI Kota Malang, Bambang DH Suyono.
Ketua KONI Kota Malang, Bambang DH Suyono.

MALANGVOICE – Perubahan agenda Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur (Jatim) memunculkan beragam konsekuensi. Ketua KONI Kota Malang, Bambang DH Suyono, menyatakan, banyak pihak yang menyayangkan perubahan itu.

Seperti diketahui, Gubernur Jatim, Soekarwo, mengganti agenda Porprov yang sebelumnya digelar dua tahun sekali, menjadi empat tahun sekali. Alhasil, rencana semula  penyelenggaraan Porprov Jatim VI tahun 2017 dengan dua kota akan menjadi tuan rumah, yakni Gresik dan Lamongan, dengan sendirinya ditunda hingga 2019.

“KONI kota/kabupaten se-Jatim, mayoritas ingin Porprov tetap dua tahun sekali seperti sebelumnya,” kata Bambang DH Suyono.

Pak Yono, demikian ia akrab disapa,  menyebut, daerah yang mendukung Porprov tetap dihelat dua tahunan antara lain Surabaya, Malang, dan Jombang. Selain itu, keinginan serupa juga ditunjukkan sejumlah cabor di Pengprov Jatim.

Selama ini, gelaran Porprov menjadi tolok ukur keberhasilan pembinaan atlet di tingkat kota/kabupaten dengan ritme dua tahunan. Dalam lima penyelenggaraan Porprov Jatim sejak tahun 2007, kontingen Kota Surabaya selalu menyabet gelar juara umum.

Sedangkan posisi runner  up pun, kecuali tahun 2013 (Kota Kediri), selalu menjadi milik kontingen Kota Malang.

Yono juga menambahkan, selain berdampak pada aspek pembinaan dan evaluasi kinerja pengurus, berubahnya agenda Porprov juga mengakibatkan makin rawannya pembajakan atlet.

“KONI kabupaten/kota saat ini sedang merumuskan ulasan untuk memberi masukan pada gubernur tentang kelebihan atau kekurangan Porprov dua tahun sekali dan empat tahun sekali. Kan Porprov ini ada batasan umur. Yang jelas kalau empat tahun akan rentan pembajakan atlet, karena provinsi lain kan masih dua tahun sekali,” tandasnya.