Optimis Jadi Panwas, Adi Wiyono Paparkan Tipologi Wong mBatu

Adi Wiyono saat menjalani tes di hadapan dewan penguji Bawaslu (fathul)

MALANGVOICE – Presentasi awal dalam pelaksanaan fit and propper test anggota Panwaslu Kota Batu seakan menjadi ajang unjuk kebolehan calon. Pasalnya, dari sana mereka dapat menunjukkan kapasitas dan pemikiran masing-masing.

Peserta tes nomor dua, Adi Wiyono, mengatakan, ia memaparkan tiga tipologi orang Batu dari segi pemilihan, yakni Parokial, Kawula, dan Partisipan. Ketiga-tiganya harus difahami, sehingga potensi pelanggaran pemilu bisa dicegah.

“Tipe Parokial itu masyarakat yang pendidikannya masih rendah. Di Kota Batu ada dan menyebar, meski tidak banyak,” ungkap wartawan Suara Indonesia itu.

Dengan adanya masyarakat tipe pertama ini, Paslon akan cenderung memobilisasi mereka guna mendapat dukungan. Baik dengan cara jujur, sampai menggunakan politik uang.

“Sekarang batasannya cuma 2 persen untuk bisa disengketakan hasil Pemilu. Kalau mereka bisa memobilisasi massa ini, nggak peduli curang asal menang, karena sengketa Pilkada susah,” papar Adi Wiyono.

Tipe kedua adalah Kawula, yakni masyarakat berpendidikan dan termasuk dalam derajat ekonomi menengah ke atas. Mereka sudah mapan sehingga cenderung santai dan tidak mau terlibat dalam urusan politik.

“Mereka juga rawan didekati dan dimanfaatkan dengan menawari banyak janji. Bisa saja kelas ini tergiur, sehingga kalau dimintai bantuan apa-apa oleh calon, pasti oke,” sambung mantan Panwaslu 2007 itu.

Tip e terakhir adalah Partisipan, yang oleh Adi Wiyono dibagi lagi menjadi dua, yakni konvensional dan non konvensional.

Untuk partisipan konvensional, mereka merupakan warga rasional, bisa mempertimbangkan mana pilihan yang tepat dan tidak, dan bertindak berdasarkan azas hukum.

“Kalau partisipan non konvensional, cenderung aktif tapi tidak berazaskan hukum. Misalnya ia bisa digerakkan untuk demo anarkis, itu juga harus diantisipasi,” tegasnya.