Musisi Pilih Digitalisasi Musik, Bens Leo: Bukti Album Fisik Masih Lebih Perlu

Bens Leo ditemui MVoice (anja)
Bens Leo ditemui MVoice (anja)

MALANGVOICE – Meski masyarakat sedang gandrung menikmati musik dari media digital dan streaming seperti Youtube, Spotify, ITunes, Joox dan lain sebagainya, menurut pengamat musik, Bens Leo, tak akan bertahan lama.

Menurutnya, musik adalah sebuah siklus. Akan tiba masanya era lama menikmati musik melalui kaset, piringan hitam dan CD akan berkibar kembali. Dia mencontohkan Irlandia. Menurut hasil observasinya, ternyata masyarakat Irlandia kembali menggemaari piringan hitam.

Menurutnya, seorang musisi masih memerlukan bukti fisik karya berupa album CD maupun kaset. Tidak sekadar hanya data di media digital ataupun online streaming.

“Bahkan ada sebuah anekdot lucu. Ada seorang perempuan membawa pacarnya yang seorang musisi ke rumah. Lalu Ayahnya bertanya, ‘mana karyamu?’ Lalu pacarnya menunjukkan lagunya dan memperdengarkannya lewat rekaman di smartphonenya saja. Nah, bukti yang kuat adalah album fisik itu,” kata Bens Leo kepada MVoice saat ditemui di Museum Musik Indonesia hari ini.

Dia menambahkan, 2012 lalu, ada label musik pertama, yaitu Musika, yang merilis album piringan hitam. Kebetulan band D’Massiv yang dipilih pertama kali karena mereka juga pernah mewakili Indonesia di festival band di Irlandia waktu itu.

“Nah saya dapat piringan hitam ke 61. Setiap penjualan piringan hitam kan terbatas, biasanya tidak lebih dari jumlah tertentu,” katanya.

Pada akhirnya, lanjutnya, meski album digital berbudget murah, mudah diedarkan, musisi pasti akan berminat membuat album fisik. Disitu juga tercatat siapa saja pihak-pihak yang berkontribusi seperti desain grafisnya, arrangernya, dan sebagainya. Fisik album juga memudahkan perhitungan juri ketika masuk dalam arena kompetisi ataupun ajang penghargaan/award bidang musik